Gading Wulan

Gading Wulan
Dahlan ISkan
0 Komentar

Sang kakak sakit. Kanker pita suara. Awalnya suara sang kakak hanya berubah. Serak. Kian serak. Lalu suara itu hilang sama sekali. Wulan sedih. Sang kakak sendirian. Tidak mau kawin. Tidak ada yang merawat. Maka Wulan ingin merawatnya. Apalagi dia juga seorang dokter.

Dalam perjalanan Wulan jadi dokter dulu, kakaknyi yang menemani sang ibu. Pun ketika Wulan bertugas bertahun-tahun di wilayah nun jauh. Sampai sang kakak tidak kawin.

”Kakak saya tidak mau kawin dengan alasan sayang ibu dan harus merawat ibu,” ujar Wulan mengutip pengakuan sang kakak.

Baca Juga:Kosan Short Time MeresahkanMantan Kadis UMKM Beri Saran

Begitu parah kanker pita suara itu. Lalu muncul jaringan-jaringan tumor. Mengumpal sebesar bola pingpong. Sampai tidak bisa bernapas. Leher itu harus dilubangi. Agar bisa bernapas.

Berbagai obat sudah tidak mempan. Setelah dibiopsi jelaslah: itu kanker ganas. Harus dioperasi. Sang kakak menolak operasi. Pun setelah dirayu dengan berbagai cara. Tapi ia mau kalau ”hanya” dikemo.

Kemo pun tidak mengatasi. Padahal sudah ia jalani dua seri. Tidak juga membaik. Bahkan tubuhnya melemah. Dalam keadaan lemah itu ia menulis untuk Wulan. ”Saya mau hidup,” tulis sang kakak.

Ia memang sudah tidak bisa mengeluarkan suara, tapi ia masih bisa menulis. Semua keinginan sang kakak dikemukakan lewat tulisan. Termasuk keinginan untuk hidup.

Tapi ia tetap tidak mau dioperasi. Ia bandel. Sajak SMA sudah merokok. Ia seperti kereta  lama. Tidak mau jalan kalau tidak ada asap mengepul.

Memang ada jenis perokok ekstrem seperti itu. Saya sering memuji perokok militan dengan sanepo. ”Perokok itu paru-parunya lebih awet. Seperti bandeng asap”.

Dan lagi, belum ada orang yang sedang merokok meninggal dunia. Padahal banyak orang yang lagi olahraga tiba-tiba jatuh dan tewas.

Baca Juga:Puluhan Perupa Tasik Warnai Akhir PekanRemisi Hanya Untuk Dua Napi

Sang kakak bukan sakit bandeng asap. Ia kena kanker pita suara. Wulan terus mencari cara menyembuhkan sang kakak. Tentu dengan cara yang bisa diterima. Sampailah Wulan  mempelajari KetoFastosis. Masuk akal. Wulan ingin kakaknyi menjalani itu. Berat, tapi masuk akal.

Melihat watak sang kakak, Wulan tidak yakin KetoFastosis dijalankan. Begitu banyak makanan yang harus dihindari. Begitu panjang puasa yang harus dilalui.

0 Komentar