TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pencemaran lingkungan di Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, telah berlangsung selama lebih dari 50 hari dan masih menjadi persoalan serius.
Warga menilai respons pemerintah daerah terhadap permasalahan ini kurang memadai, sementara pejabat terkait dinilai belum memberikan solusi konkret.
Salah satu warga, Wawan, menyuarakan kekecewaannya dengan menyatakan bahwa pemerintah tidak peduli dengan penderitaan mereka.
Baca Juga:Anggota DPRD Kota Tasik Ini Sebut Kebijakan Kenaikan Gaji Guru Dinilai Masih Kurang Fair!7 Aplikasi Berbasis AI yang Cocok untuk Edit Video dengan Cepat dan Mudah
Seolah saling lempar tanggungjawab antarpihak, hingga kini tak pernah benar-benar ada solusi yang diberikan
“Kami yang jadi korban. Lingkungan tercemar, kesehatan kami terganggu, tapi pemerintah seolah tidak peduli. Apa harus ada korban jiwa dulu baru mereka bergerak?” ujar Wawan, salah seorang warga Kampung Sinargalih yang terkena dampak pencemaran air Sungai Cipajaran.
Seperti diketahui Wawan dan warga lainnya di Sinargalih memang terbiasa menggunakan air dari aliran air Cipajaran untuk keperluan Mandi, Cuci, Kakus (MCK).
Namun semenjak hamper dua bulan lalu, mereka mengalami gatal-gatal, hingga ikan di ratusan kolam warga pun ikut mati akibat menggunakan air itu.
Keucirgaan pun muncul bahwa air yang biasa mereka gunakan itu, tercemar. Bukan hanya dari dampak yang dirasakan, penilaian warga itu juga didasarkan pada kondisi fisik air yang mengalami perubahan warna. Tidak jernih seperti biasanya.
Dasar parit tempat air itu mengalir juga lebih hitam pekat yang menandakan adanya sedimentasi dengan kandungan tertentu pada aliran air tersebut.
Wawan menyebut jika di Tamansari, kampungnya adalah salah satu wilayah yang kesulitan mengakses air bersih. Sebab itu mereka menggunakan air dari aliran Cipajaran untuk segala keperluan rumah tangga. Terkecuali minum.
Baca Juga:UBK Tasikmalaya Edukasi Remaja tentang Pencegahan Kanker ServiksKerjasama DJPK dan LPPM Unsil, BUMDes Goes to Campus Dorong Kemajuan Ekonomi Desa
“Air sumur ini satu-satunya yang kami andalkan, karena belum ada jaringan air bersih dari pemerintah. Kami berharap pemerintah segera turun tangan untuk menguji kelaikan air ini. Kalau memang tercemar, kami butuh solusi cepat,” tambah Wawan, warga lainnya.
Demikian dengan Umar, warga sekitar, yang merasakan gatal-gatal bersama anggota keluarga lainnya setelah menggunakan air yang berasal dari aliran Sungai Cipajaran.
“Kondisi gini udah dari lama. Pokoknya sejak air di sumur yang biasa dipakai warga itu berubah seperti sekarang,” katanya.