TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Imbas sorotan terhadap aktivitas penambangan pasir dan batu (sirtu) di kawasan kaki Gunung Galunggung, Tasikmalaya, membuat para pekerja dan pengusaha tambang kebingungan.
Kondisi tersebut diperparah dengan kebijakan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), yang berencana mengevaluasi seluruh aktivitas pertambangan di wilayah Jawa Barat.
Di satu sisi, kebijakan evaluasi dari Gubernur belum memiliki kejelasan teknis terkait tambang mana saja yang akan ditutup. Namun di sisi lain, para pengusaha dan pekerja tambang legal yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) mulai menghentikan operasionalnya.
Baca Juga:Terkait Perpanjangan Jabatan Sekda Tasikmalaya, Ade Menandatangani, Cecep Akan Mengevaluasi!Sekolah Swasta di Priangan Timur Bingung Soal Teknis Sekolah Gratis yang Diputus Mahkamah Konstitusi
Sudah hampir sepekan terakhir para sopir truk dan pekerja tambang pasir di kawasan Gunung Galunggung berhenti beroperasi. Hal ini berdampak pada kelangkaan pasir di pasaran.
Pengelola CV Galunggung Mandiri, H Endang Abdul Malik atau yang dikenal dengan nama Endang Juta, mengaku kebijakan evaluasi pertambangan oleh Gubernur berdampak besar terhadap usahanya. Padahal, CV Galunggung Mandiri memiliki izin resmi atau IUP hingga tahun 2029.
“Tidak semua tambang di kawasan Gunung Galunggung berstatus ilegal. Saya sudah taat aturan. Akan tetapi kalau semua dihentikan tanpa solusi, bagaimana pemerintah membangun infrastruktur?,” ungkap Endang kepada wartawan.
Endang menjelaskan, kebutuhan akan pasir sangat penting untuk berbagai proyek pembangunan infrastruktur seperti jalan, sekolah, dan rumah warga, termasuk yang menggunakan pasir Galunggung.
Ia menyayangkan penghentian aktivitas tambang tersebut karena memicu efek domino, salah satunya harga pasir di pasaran yang kini melonjak hingga dua kali lipat. Hampir sepekan terakhir, usahanya berhenti total.
“Harga pasir kini jadi dua kali lipat. Masyarakat yang mau membangun rumah pun sekarang harus berpikir ulang, karena harga pasir mahal dan langka,” katanya.
Lebih jauh, Endang mengungkapkan bahwa ratusan pekerja di CV Galunggung Mandiri kini terancam kehilangan penghasilan akibat berhentinya operasional pertambangan.
Baca Juga:Gubernur Jabar Minta Cecep-Asep Bangun Boboko Raksasa di Tasikmalaya!Gubernur Jabar Sebut Anggaran Tasik Paling Besar, Tapi Jalannya Jelek, Jangan Terlalu Banyak Belanja Hibah!
“Kami perkirakan jika terjadi penutupan tambang maka akan membuat 500 orang pekerja atau karyawan kehilangan pekerjaan. Jadi kita bukan hanya bicara soal mesin, akan tetapi bagaimana soal isi perut masyarakat di Galunggung yang menggantungkan hidup mereka dan keluarganya ke pertambangan,” ujarnya.