Pendapatan Retribusi Sampah Berdasarkan Voltase Listrik Baru Tercapai 21 Persen

retribusi sampah di Kota Tasikmalaya
Petugas kebersihan mengangkut sampah menggunakan kendaraan roda tiga di kawasan Dadaha, Senin 15 Juli 2024. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Semenjak berlakunya Perda Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), retribusi mengalami perubahan.

Baik dari sisi potensi ataupun target capaian. Seperti retribusi sampah yang kini berdasarkan pada Voltase Ampere.

Sejak Januari 2024 hingga 12 Juli 2024, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat, retribusi sampah telah mengumpulkan Rp 853 juta. Nominal ini baru menempuh 21 persen dari total target tahunan Rp 4 Miliar.

Baca Juga:Ivan Dicksan Mampu Ciptakan Partisipasi Publik, Sehari 5-7 Titik Didatangi untuk Penuhi Undangan Warga!Viman Alfarizi dan Politik Sedekah: Gabungkan Kekuatan Kawan, Lawan dan yang Abu-Abu untuk Memenangkan Pilkada

DLH masih harus mengejar 79 persen kekurangannya hingga Desember 2024 nanti. Hanya tersisa waktu lima bulan untuk menggenjot penghasilan lewat limbah domestik tersebut.

“Iya di catatan kami segitu. Kemarin turut dibahas juga di evaluasia triwulan II,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah pada DLH, Feri Arif Maulana, Senin (15/7/2024).

Dari segi penagihan, jadi catatan yang disampaikan kepada DLH dalm forum evaluasi tersebut. Belum lagi pada 2025, pihaknya diberi target untuk mengurangi pengiriman sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ciangir sebanyak 30 persen.

“Optimalkan kembali dalam penagihan, itu sih catatannya. Ya ini masih perlu ada strategi lain. Mencoba berarti kan harus betul-betul door to door, untuk menagih kewajiban membayar retribusi,” terangnya.

Seperti di Banyumas, kata Feri, daerah yang berhasil mengurangi pengiriman sampah ke TPA, hingga tersisa 10 persen penanganan residu saja.

“Kita saaat ini baru pengurangan sampah di 30 persen, itupun sedang dikejar. Sedangkan 70 persen lainnya kita penanganan. Targetnya tahun depan pengiriman sampah maksimal sebanyak 30 persen. Sekitar 90 ton harus berkurang dari sumber,” jelas Feri.

Ia juga mengaku telah melibatkan masyarakat dalam mengurangi produksi sampah. Namun bukan hal mudah, apalagi kata Feri, DLH tidak bisa seorang diri menggenjot target olah sampah tersebut.

Baca Juga:Ratusan Warga Indihiang Kota Tasikmalaya Dapat Bantuan Minyak Goreng GratisHarapan dan Keyakinan Dua Pengusaha Tekstil Tasikmalaya bagi Ivan Dicksan di Pilkada 2024

“Kita libatkan masyarakat dalam Bank Sampah, mereka kan pengurusnya warga setempat. Itu bentuk partisipasi aktif. Pembuatan maggot, kemudian lubang biopori, itu semakin massif. Kemudian juga ada TPS3R di beberapa wialayah. Kita yang belum punya itu TPST,” ujarnya.

Di samping itu, Feri menerangkan masih adanya kendala armada operasional sampah yang hingga kini belum mumpuni, akibat keterbatasan anggaran yang diberikan kepada DLH. Sehingga upaya pengangkutan sampah tidak bisa optimal.

0 Komentar