Ngeri! Gay Kota Tasikmalaya Capai 2.000 Orang, Ironi Lelaki Suka Lelaki

Gay Kota Tasikmalaya
Ilustrasi
0 Komentar

Sejurus dengan itu, Koordinator Lapangan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kota Tasikmalaya Dendi Caniardi juga mengakui prilaku LSL sudah merambah ke usia remaja. Faktornya bervariasi dari mulai korban kekerasan seksual, materi dan faktor lingkungan pergaulan. ”Tapi faktor utamanya ya tetap pada cara pandangnya dalam hal orientasi seksual,” ujarnya.

Hasil pemetaannya, terdapat sekitar 2.000 gay di Kota Tasikmalaya. Namun hal itu bersifat fluktuatif mengingat mereka tidak begitu memandang teritorial. ”Mobilitas mereka cukup tinggi baik dari Tasik ke luar maupun sebaliknya,” ucapnya.

Layaknya orientasi seks normal, usia remaja menjadi daun muda yang diminati pria dewasa di kelompok LSL. Dia menyebutkan ada komunitas kucing yang berisi gay remaja yang punya misi finansial. ”Ibarat perempuan mencari om-om untuk kepuasan seksual sekaligus membiayai hidupnya,” ujarnya.

Baca Juga:Pasien Covid-19 Meninggal Terus BertambahEmak-Emak Mengular di HZ Mustofa Perjuangan Demi Minyak Goreng Murah di Kota Tasikmalaya

Ada juga hubungan suka sama suka layaknya pasangan kekasih. Akan tetapi PKBI sejauh ini belum pernah menemukan pasangan yang punya komitmen dengan rentang waktu yang lama. ”Mereka sering gonta-ganti pasangan, makanya HIV semakin tinggi potensi penularannya,” tuturnya.

Kendati tertutup, Dendi menjelaskan sebagian mereka seolah punya indra keenam. Tanpa ciri yang jelas satu sama lain bisa saling mengetahui meskipun tidak saling kenal. ”Saya juga belum paham apa yang jadi cirinya, tapi mereka bisa sama-sama tahu,” ucapnya.

Dalam hal ini baik KPA, PKBI dan pemerintah hanya fokus agar mereka menghindari perilaku yang rawan penularan HIV. Karena untuk orientasi seksualnya kembali pada pola pikir masing-masing. ”Jadi kita lebih kepada mengubah perilakunya, bukan orientasi seksualnya,” tuturnya.

Mengingat penganut hubungan lelaki suka lelaki ini sudah menyasar kelompok remaja, maka orang tua harus senantiasa memperhatikan pergaulan anaknya. Termasuk dasar-dasar pendidikan seksual sejak dini untuk mencegah penyimpangan orientasi seksual. ”Bukannya menganjurkan berpacaran, tapi setidaknya mulai memiliki ketertarikan kepada lawan jenis,” ucapnya.

0 Komentar