Meskipun “Gratis” Beras Bantuan Harus Tetap Bagus

Beras Bantuan Harus Tetap Bagus
Salah seorang warga Kecamatan Tawang menunjukkan kondisi beras bantuan pemerintah yang dinilai buruk
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Meskipun diberikan secara gratis untuk masyarakat, beras bantuan harus tetap bagus kualitasnya. Jangan sampai bantuan pemerintah terkesan tidak serius dan identik dengan kualitas yang buruk.

Ketua Forum Silaturahmi (Forsil) RT RW Kota Tasikmalaya Deden Tazdad mengatakan bahwa kualitas beras yang diterima masyrakat berbeda-beda. Ada yang memang kualitasnya wajar, namun sebagian lagi dinilai buruk. “Di beberapa kelurahan ada yang bagus, ada yang jelek,” ungkapnya kepada Radartasik.id, Senin (25/9/2023).

Hal ini menurutnya harus menjadi bahan evaluasi bagi bulog dan juga pemerintah Kota Tasikmalaya. Jangan sampai bantuan pangan selalu identik dengan kualitas yang buruk. “Pada intinya harus jadi bahan evaluasi,” ucapnya.

Baca Juga:Perwira Polri Jadi Kepala BNN Kota Tasikmalaya, Setelah 6 Bulan Tanpa Pimpinan DefinitifKadis dan Pegiat Lingkungan Ribut di Situ Gede, Kenapa Pj Walikota Langsung Pergi?

Bagaimana pun bantuan tersebut dari pemerintah untuk masyarakat, khususnya yang tidak mampu. Baik atau buruk menjadi indikator kualitas perhatian pemerintah kepada masyarakat. “Tidak sungguh-sungguh memberikan konsumsi yang baik bagi masyarakat, khususnya yang mendapat bantuan sosial,” ucapnya.

Hal serupa juga diungkapkan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Tasikmalaya Ahmad Junaedi Shakan yang mengaku mendapat pengaduan dari masyarakat soal kualitas beras bantuan. Setelah dia cek, kualitasnya memang sangat buruk. “Kalau saya lihat ini lebih parah dari bantuan beras sebelum-sebelumnya,” ujarnya.

Di tambah lagi, warga seolah dipaksa menerima bantuan beras dengan kondisi yang buruk itu. Karena mereka tidak diberi tahu ketika kualitasnya buruk, mekanismenya seperti apa. “Mereka enggak tahu beras bantuan yang diterima bisa ditukar apa tidak ketika kualitasnya kurang bagus,” ucapnya.

Ketika kondisi ini dibiarkan, tentunya ini berlawanan dengan upaya pemerintah dalam memerangi stunting. Karena penerima bantuan seolah dipaksa mengonsumsi makanan yang tidak sehat. “Kalau kualitas pangannya buruk, efeknya juga kan ke kesehatan,” tuturnya.

Hampir di setiap bantuan pangan, keluhan kualitas yang tidak baik selalu muncul. Menurutnya meskipun beras bantuan itu gratis, bukan berarti kualitasnya tidak diperhatikan. “Jangan sampai dianggap enggak masalah kualitas buruk karena gratis,” katanya.(*)

0 Komentar