Merlawu di Wanasigra: Menjaga Jejak Leluhur di Situs Gandoang Ciamis

Wanasigra
Warga Wanasigra mengikuti adat budaya merlawu setelah tanggal 12 Rabiul Awal. foto: Fatkhur Rizqi/radartasik.id
0 Komentar

CIAMIS, RADARTASIK.ID – Ratusan masyarakat Desa Wanasigra Kecamatan Sindangkasih dan sekitarnya berkumpul di Situs Kabuyutan Gandoang untuk mengikuti acara puncak adat budaya Merlawu pada Jumat (6/10/2023).

Acara ini telah menjadi tradisi yang diadakan setiap tahun setelah tanggal 12 Rabiul Awal atau peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Situs Kabuyutan Gandoang, yang terletak di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), menjadi tempat yang penuh makna bagi masyarakat sekitar.

Baca Juga:Adat Budaya Merlawu Memikat Dua Warga Jepang untuk Datang Langsung ke CiamisPNM Mekaar Salurkan 10.000 Liter Air Bersih kepada Warga Cipedes

Di situs ini, terdapat makam leluhur terhormat, seperti Syekh Padamatan, Eyang Bodas, dan Kiai Masyahidin.

Ketua Paguyuban Situs Gandoang Wanasigra, Wanono, menjelaskan bahwa kegiatan adat budaya Merlawu adalah upaya untuk meneruskan dan merawat jejak leluhur sejak tahun 1630 Masehi.

“Kegiatan ini adalah cara kami untuk mengamati dan menghargai jejak-jejak leluhur kita,” ujarnya kepada Radar, kemarin.

Tradisi ini melibatkan doa bersama di makam leluhur yang ada di Situs Kabuyutan Gandoang.

Salah satunya adalah makam Syekh Padamatan, yang dikenal sebagai tokoh yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam.

Setelah doa bersama, masyarakat berkumpul untuk makan bersama, memperkuat persatuan dan kesatuan di antara mereka.

Selain itu, sebulan sebelum acara puncak Merlawu, persiapan sebenarnya sudah dimulai. Bambu ditebang untuk menggantikan pagar makam leluhur di Situs Kabuyutan Gandoang.

Baca Juga:Ternyata Segini Harga Udang Cenang di Pasaran, Pantes Nelayan Pangandaran BahagiaLirik Lagu The Changcuters: I Love You Bibeh

“Bambu yang telah ditebang sebulan sebelum acara puncak akan digunakan untuk membuat pagar keliling makam leluhur. Pagar ini tidak boleh menggunakan paku, melainkan harus diikat dengan tali, seperti yang kami lakukan di makam Syekh Pamadatan,” jelas Wanono.

Sehari sebelum acara puncak, ritual penyiraman benda-benda pusaka seperti tumbak dan keris dilakukan, serta pembersihan prasasti dan naskah pada pukul 13.00.

Sementara itu, malam sebelum acara puncak, masyarakat mengadakan pawai ta’aruf untuk mempererat hubungan sosial.

Hadir dalam acara tersebut Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya.

0 Komentar