Menilik Hijaunya Bisnis Selada Hidroponik, Desa Tanjungpura Mampu Berdikari Optimalkan Potensi

Desa
Kepala Desa Tanjungpura Ujang Hartono menunjukkan tanaman hidroponik selada yang menjadi unggulan di desa tersebut. (Lisna Wati / Radar Tasikmalaya)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pertumbuhan ekonomi dimulai dari desa. Untuk itu, mewujudkan desa yang maju bahkan mandiri menjadi hal penting. Perekonomian desa yang kuat dapat menyokong perekonomian nasional.

Salah satu desa percontohan ada di Desa Tanjungpura Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Tanjungpura merupakan Desa Berdikari (Berdaya, Kreatif, Religius, Inovatif) dan merupakan desa binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya.

Kepala Desa Tanjungpura Ujang Hartono mengatakan, awal mula pembentukan Desa Berdikari ini dalam rangka memberdayakan masyarakat dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang ada di desa. Dengan harapan bisa menekan angka kemiskinan.

Baca Juga:Faperta Unsil Tasikmalaya Optimalkan Produk Olahan PertanianPengamat: Menjamur PKL Permanen, Kembalikan Fungsi Trotoar Jalan Ibu Apipah Kota Tasikmalaya!!!

“Dalam pengembangan potensi desa, kita tidak mengubah kultur, tapi meningkatkan sistem terintegrasi,” jelas kades yang juga seniman seni rupa tersebut.

Di Desa Berdikari ini telah terbentuk kelompok ternak, bioflok, kelompok tani hidroponik, kelompok lumbung padi dan kelompok saung ilmu. Salah satu yang menonjol, Desa Tanjungpura ini merupakan penghasil sayuran selada bokor.

Pihaknya bisa memproduksi sekitar 4 kuintal selada per hari yang diserap oleh pasar tradisional maupun modern. “Kita menyuplai selada ke Plaza Asia, Lotte Mart dan pasar-pasar tradisional,” ujarnya kepada Radar, Minggu (23/7/2023).

Luas tanaman selada ini hampir 4 hektar yang tersebar di beberapa titik Desa Tanjungpura, berhasil dibudidayakan sekitar 100 petani, sebagai mata pencaharian mereka setiap hari.

Menurut Ujang, pemilihan pola bertani secara hidroponik memiliki banyak keuanggulan, selain minim lahan yang digunakan, pasokan air dan tenaga listrik pun cukup ekonomis.

“Kalau kami kalkulasikan total listrik dan kebutuhan air sekali panen itu sekitar Rp 4 ribu rupiah dari setiap panen 1 kg selada, dan kami beli Rp 10 ribu, ada space keuntungan cukup besar,” ujarnya.

Selain itu, pemilihan pola bertani hidroponik ujar dia, dinilai optimal dalam menggunakan lahan dibanding cara bertani lainnya. “Kebetulan juga di wilayah kami termasuk daerah tadah hujan, airnya cukup kurang, jadi dengan hidroponik cukup efektif,” kata dia.

0 Komentar