Drainase Berubah Jadi Septic Tank

Drainase Berubah Jadi Septic Tank
UTILITAS. Sejumlah kabel utilitas membentang dan membuat aliran drainase di Jalur HZ Mustofa dan Cihideung mengalami pendangkalan. Hal itu diketahui saat pelaksanaan rekonstruksi di areal perekonomian tersebut, Selasa (2/8/2022). Foto: Radar Tasikmalaya
0 Komentar

Lanjut Dudi, momen penataan kawasan tersebut tepat untuk merekonstruksi infrastruktur yang ada. Supaya satu per satu urusan tidak digarap secara bertahap, tapi sekaligus, baik itu estetika mau pun fungsi-fungsi drainase, saluran limbah domestic serta utilitas yang tertanam di sepanjang trotoar HZ Mustofa.

Sejumlah kepentingan publik atau pelayanan bagi masyarakat bisa tergarap sekaligus, tanpa perlu gangguan pekerjaan konstruksi untuk setiap urusan. “Jadi fungsi-fungsi infrastruktur di sana baik yang terlihat mau pun kasat mata, dalam artian tertanam di bawah jalan, bisa digarap sekaligus di momen penataan ini. Apalagi, saat kita cek kondisinya betul sudah krusial dan mendesak,” tegas Dudi.

“Ini momentumnya. Kalau tidak sekarang mau kapan lagi. Faktanya kita temukan juga kabel utilitas membentang di atas anak Sungai Cihideung yang membuat aliran air semakin dangkal. Sudah beralih fungsi, semakin dangkal pula kondisi salurannya,” lanjut dia.

Baca Juga:Peluang Berkarier Makin MelebarKurikulum Merdeka Segera Diimplementasikan

Belum lagi, apabila dikaji secara klinis, kondisi saluran tersebut sudah tidak sehat. Bisa mengkontaminasi sumur-sumur warga. Lantaran, drainase yang semula berfungsi menjadi saluran air, menjadi saluran limbah domestik dari jamban warga. “Masih mending kalau hanya limbah domestik yang dibuang ke drainase lama itu, bagaimana kalau ada limbah B3 juga. Itu kan sudah sangat mengerikan dari sisi kesehatan dan lingkungan,” keluhnya.

Kepala Bidang Jalan dan Jembatan DPUTR Kota Tasikmalaya Wenda Krisnawan menuturkan, kedua saluran itu akan tetap diaktifkan setelah program rekonstruksi rampung. Hanya saja, secara fungsi memiliki perbedaan jelas, lantaran kanal lama sudah beralih secara masif menjadi pembuangan limbah rumahan atau pertokoan.

“Memang direkonstruksi saluran lama juga tidak memungkinkan. Jadi otomatis kita merujuk seperti daerah lain, dengan skema berbeda. Biasanya daerah lain saluran baru itu dijadikan untuk pembuangan limbah domestik, sementara kita saluran lamanya sudah begitu kronis tercemari limbah domestik, yang baru kita pertahankan untuk drainase,” harap dia. (igi)

[/membersonly]

Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!

Laman:

1 2
0 Komentar