Satire terkadang berbisik bahwa mimpi besar lahir dari kota yang sering kesulitan mewadahi mimpi kecil. Namun H Ecep Yasa datang dengan cara berbeda.
Ia ingin membuktikan bahwa Kota Tasikmalaya bisa bermimpi sama kerasnya dengan klub-klub besar—bahkan kalau mimpinya harus dikejar dengan anggaran superhemat.
Persikotas bukan sekadar tim sepak bola.Ia adalah cara H Ecep mengingatkan Kota Tasik bahwa harapan tidak boleh kehabisan napas.
Baca Juga:Hati-Hati! Rasionalisasi Bukan Lagi Penyelamatan, Bisa Jadi Celah Gocekan Anggaran Kota Tasikmalaya!Ketika Anggaran Kota Tasikmalaya 2026 Menyusut, Bapelitbangda Menjawab dengan Keheningan!
Di akhir semua kalimat dan satire, ada satu hal yang paling jujur: Kota Tasikmalaya ingin melihat Persikotas naik kelas. Ingin namanya disebut, bukan hanya di tribun Wiradadaha, tapi di panggung final.
Dan H Ecep, dengan segala idealisme dan komedinya, menegaskan: “Ini baru permulaan. Kita datang untuk jadi juara.”
Entah nanti jalannya mulus atau penuh kartu kuning kehidupan, satu hal pasti:panggungnya sudah terbuka, sorot lampunya menyala dan Persikotas harus memainkan peran terbaiknya.
Karena dalam sepak bola, seperti dalam hidup, mimpi besar kadang lebih dulu lahir sebelum kemenangan benar-benar datang. (kim)
