TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di tengah riuh rendah kota yang lebih sering ribut soal harga cabai daripada skor pertandingan.
Ketua Persikotas, H Ecep Yasa, berdiri dengan satu keyakinan yang ia pelihara seperti bonsai kesabaran: Persikotas harus bermimpi lebih besar.
Bukan mimpi kecil, bukan mimpi sedang, tapi mimpi yang ukurannya kadang lebih besar dari tribun Stadion Wiradadaha yang sekarang pun kursinya masih beberapa perlu direkatkan ulang.
Baca Juga:Hati-Hati! Rasionalisasi Bukan Lagi Penyelamatan, Bisa Jadi Celah Gocekan Anggaran Kota Tasikmalaya!Ketika Anggaran Kota Tasikmalaya 2026 Menyusut, Bapelitbangda Menjawab dengan Keheningan!
Namun H Ecep tak gentar. Dengan nada penuh tekad dan sedikit satire khas Tasik—ia menyampaikan pesan pada publik dan para pemain. “Menang memang tujuan. Tapi berjuang tanpa menyerah itu harga mati,” ujarnya yang diunggah di media sosial.
Sebagai ketua klub, H. Ecep memahami satu hal yang tidak selalu terucap di depan kamera: tidak semua perjalanan klub dibayar dengan kemenangan, tapi semuanya dibayar dengan tekad.
Ia tahu, biaya latihan naik, transportasi naik, semangat kadang turun, tapi komitmen harus tetap stabil. Persikotas, baginya, bukan sekadar tim. Ia semacam anak yang harus dibesarkan meski biaya susunya kadang tiba-tiba hilang dalam revisi anggaran.
Kalimat yang selalu diulang H Ecep seperti doa harian “Kita tidak datang sejauh ini hanya untuk sampai di sini”. Kalimat itu bisa jadi slogan motivasi, bisa jadi judul film, bisa juga jadi sindiran halus untuk tim-tim yang pulang lebih awal.
Menurutnya, Persikotas tidak lahir untuk menjadi penggembira. Tidak juga untuk menjadi tim yang sekadar mengisi jadwal pertandingan.
Persikotas datang untuk melangkah ke final dan menjadi juara, meski kadang realita memperlihatkan bahwa melangkah ke final terasa seperti memanjat tebing tanpa tali.
Dengan suara penuh harapan dan semangat yang lebih kokoh dari tiang gawang, H Ecep menatap para pemain dan berkata “Dan semua adalah panggung kalian”.
Baca Juga:Pemkot Tasikmalaya Teken MoU! Lulusan STTD Semakin Mudah Masuk Dinas PerhubunganLaporkan Kasus Kekerasan Anak Disabilitas, Keluarga di Kota Tasikmalaya Digugat ke Pengadilan
Panggung yang kadang berubah jadi teater tragedi, kadang jadi komedi tak terduga, tapi tetap panggung yang harus mereka mainkan.
Para pemain turun ke lapangan bukan hanya dengan sepatu bola—tapi dengan beban kota, mimpi warga dan tentu saja pesan ketua “Jangan menyerah. Kalau capek, ingat, kita belum selesai”.
