TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Enam isu strategis berkaitan dengan masa depan bangsa dibahas dalam diskusi panel bertajuk “Menuju Indonesia Emas Tahun 2045”. Diskusi menghadirkan Ketua Pembina Yayasan Universitas Siliwangi, Letjen TNI (Purn) Endang Suwarya, di Gedung Mashudi Universitas Perjuangan, Selasa (10/6/2025).
Dalam diskusi itu, ada enam isu utama yang dianggap penting bagi masa depan Bangsa Indonesia. Antara lain: Swasembada Pangan dan Energi, Hilirisasi dan Industrialisasi, Program Makan Bergizi Gratis, Danantara (digital dan antariksa), Lingkungan Hidup, dan Sunda Wiwitan.
Endang Suwarya menjelaskan bahwa hasil diskusi ini akan dihimpun dan ditawarkan sebagai masukan kepada pemerintah, termasuk Pemerintah Kota Tasikmalaya. Menurutnya, pendekatan pembangunan harus bersifat kontekstual dan sesuai dengan karakteristik tiap wilayah.
Baca Juga:Sekolah Swasta di Priangan Timur Bingung Soal Teknis Sekolah Gratis yang Diputus Mahkamah KonstitusiGubernur Jabar Minta Cecep-Asep Bangun Boboko Raksasa di Tasikmalaya!
“Silakan dipelajari, ada yang cocok dengan wilayahnya. Sesuai dengan kondisi masing-masing dan kesiapan infrastrukturnya mana yang paling pas. Kita berikan masukan,” ujarnya.
Ia juga mengutip pernyataan Presiden Prabowo Subianto bahwa suatu negara hanya akan bertahan dan berkembang jika mampu mencapai swasembada pangan dan energi. Hal ini digambarkan dengan mengambil contih situasi krisis di Ukraina yang memperlihatkan pentingnya ketahanan nasional dari sisi sumber daya dasar.
Namun salah satu topik yang menarik perhatian dalam diskusi tersebut adalah Sunda Wiwitan. Menurut Endang selama ini Sunda Wiwitan dipahami keliru sebagai paham keagamaan. Padahal Sunda Wiwitan sejatinya bagian dari kebudayaan lokal Sunda yang mengandung nilai-nilai luhur dan layak digali untuk memperkuat karakter bangsa.
“Sunda Wiwitan itu bukan paham agama. Itu budaya. Tapi karena selama ini disempitkan jadi seolah-olah paham, padahal itu nilai-nilai luhur yang sudah terpatri dan perlu dilestarikan. Sama seperti di Batak, di Minang, dan lainnya,” jelasnya.
Berdasarkan makalah ilmiah yang turut disampaikan dalam forum tersebut, Sunda Wiwitan diposisikan sebagai bagian dari kearifan lokal Nusantara yang berpotensi memperkuat tiga pilar utama pembangunan nasional, yakni karakter bangsa, tata kelola pemerintahan, dan pembangunan berkelanjutan.
Karakter bangsa diperkuat melalui nilai Silih Asah (saling mencerdaskan), Silih Asih (saling mengasihi), dan Silih Asuh (saling membina). Dalam tata kelola pemerintahan, Sunda Wiwitan mengajarkan keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab sosial, sebagaimana yang dipraktikkan dalam komunitas adat Baduy.