RADARTASIK.ID – Direktur olahraga Bologna, Marco Di Vaio, membuat pernyataan mengejutkan yang menunjukkan betapa berharganya trofi bagi klubnya.
Dalam wawancara bersama La Repubblica, mantan striker timnas Italia itu menyebut bahwa ia lebih memilih mengalahkan AC Milan di final Coppa Italia ketimbang sekadar meraih tiket ke Liga Champions musim depan.
“Coppa Italia atau Liga Champions? Saya pilih Coppa Italia,” ujar Di Vaio tegas dikutip dari Calciomercato.
Baca Juga:Inter Impikan Juara Liga Champions, Inzaghi Siapkan Rotasi Total Saat Hadapi VeronaIntip Formasi AC Milan Bersama Maurizio Sarri: Reijnders Playmaker, Theo Dipaksa Berlari Selama 90 Menit
“Trofi sudah lama hilang dari kota ini. Bermain di final saja sudah luar biasa, tapi memenangkannya? Itu tak terlukiskan,” lanjutnya.
Di Vaio juga menekankan bahwa keberhasilan Bologna musim ini bukan hasil kerja individu.
Ia menyebut semua keputusan bursa transfer dan strategi tim selalu diambil secara kolektif, termasuk bersama Direktur Teknik Giovanni Sartori.
“Tidak ada yang bekerja sendiri. Semua keputusan, termasuk perekrutan, selalu dibahas dan dibagi sejak awal,” jelasnya.
“Tapi saya sadar, kalau ada masalah, biasanya Di Vaio yang disalahkan. Saya tidak keberatan,” katanya sambil tertawa.
Di Vaio juga blak-blakan mengenai beberapa pemain yang mengecewakan musim ini, seperti Skov Olsen dan Jesper Karlsson yang membuatnya bersaing dengan klub besar untuk merekrutnya.
“Saya sangat percaya pada Skov Olsen. Kami bersaing dengan tim besar untuk merekrutnya, tapi sayangnya dia belum siap menghadapi tekanan. Hal serupa juga terjadi pada Karlsson,” paparnya.
Baca Juga:Manchester United dan Tottenham Bantu Tim Liga Inggris Punya 6 Wakil ke Liga ChampionsArrigo Sacchi Beberkan Dua Cara Inter Singkirkan Barcelona di San Siro
Sebaliknya, ia memuji kejutan dari nama-nama seperti Jens Odgaard, Dominguez, dan Castro.
“Odgaard tampil luar biasa sebagai penyerang kedua berkat kejelian Italiano, meski sebelumnya tak pernah main di posisi itu. Castro pun mampu mendukung serangan dengan cara yang tidak kami prediksi sebelumnya,” sanjungnya.
Di Vaio kemudian mengungkapkan bahwa Bologna sempat mengejar Mats Hummels selama dua bulan, namun gagal.
Ia juga menyentil dinamika kerja sama dengan para pelatih, termasuk Sinisa Mihajlovic, Thiago Motta, dan kini Vincenzo Italiano.
“Vincenzo adalah kebalikan dari Thiago. Motta orangnya tertutup, kami sempat tarik-ulur soal pendekatan kerja. Meski hubungan kami tidak bagus, dia tidak pergi karena itu. Kami tetap menemukan keseimbangan dan hasil,” terangnya.