Vivi Rizky Novia (27) warga Cibeureum tidak memungkiri pasar dadakan di Jalan HZ Mustofa akan menimbulkan dampak negatif. Dari mulai kemacetan dan juga pemandangan yang tidak elok. “Negatifnya mungkin dari segi kerapian jalan jadi sekirit kelihatan semrawut,” ucapnya.
Namun jika melihat dari sisi pedagang, tidak dipungkiri pasar dadakan itu membantu pelaku UMKM. Apalagi warga juga biasanya mendapat harga yang lebih miring. “Biasanya kan rata-rata di bawah harga toko,” ujarnya.
Dia pun meminta pemerintah bisa mengambil sikap yang lebih adil. Supaya pedagang bisa tetap berjualan tanpa mengganggu ketertiban umum di Jalan HZ Mustofa. “Tetapi kembali lagi pada ketegasan dari pihak terkait, lebih bagi pihak-pihak terkait (pemerintah) bisa menata pasar dadakan itu supaya tidak ada pihak yang dirugikan,” katanya.
Baca Juga:Kuasa Hukum Pemilik Lahan Sengketa di Picung Kabupaten Tasikmalaya Angkat BicaraSetiap Tahun Pasar Dadakan Terus Berulang, Pemkot Tasikmalaya Belum Hadir Memberi Solusi
Weni Kurnia (42) warga Tawang mengatakan bahwa pasar Ramadan memberikan dampak positif bagi pedagang karena bisa melapak. Namun di sisi lain memberikan pengaruh negatif bagi masyarakat umum khususnya pengguna jalan yang melintas. “Sangat terganggu kalau pengguna jalan, karena jadi macet,” katanya.
Supaya jadi win-win solution, menurutnya pemerintah bisa menggeser pasar dadakan tersebut ke tempat lain. Supaya mereka bisa tetap beraktivitas namun tidak mengganggu kepentingan umum. “Kalau bisa pemerintah fasilitasi mereka ke tempat lain, jangan di Jalan HZ Mustofa,” imbuhnya.
Rini Sri Wulandari (36) mengaku tidak menyoalkan adanya pasar dadakan menjelang lebaran. Pasalnya hal itu sudah menjadi ciri khas aktivitas masyarakat di bulan Ramadan. “Seru ada ciri khas seperti pasar Ramadhan Cihideung,” ujarnya.
Akan tetapi ketika pasar dadakan itu menggunakan jalan, tentunya akan mengganggu lalu lintas. Menurutnya pemerintah harus menertibkan para pedagang yang menggunakn jalan. “Kalau bikin macet ya harus ditertibkan,” imbuhnya.(rangga jatnika)