Warga Korban Pencemaran di Tamansari Menunggu Bantuan Air Bersih

pencemaran air
Warga Sinargalih Kelurahan Tamansari Kecamatan Tamansari menunjukkan parit yang airnya menghitam setelah diduga tercemar limbah dari TPA Ciangir dan pabrik daur ulang plastik, Rabu 20 November 2024. (Ayu Sabrina/Radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Warga Kelurahan Tamansari, Kecamatan Tamansari, masih menghadapi krisis air bersih akibat pencemaran lingkungan yang terjadi di wilayah mereka. Namun, bantuan suplai air bersih yang sebelumnya dijanjikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, Deni Diyana, tak kunjung diterima. Hal ini memunculkan kekecewaan dan kritik dari masyarakat setempat.

Deni sebelumnya menyatakan bahwa pemerintah akan mengupayakan bantuan air bersih untuk warga yang terdampak. Namun, belakangan ia berdalih bahwa hujan deras yang turun secara intens sudah cukup memenuhi kebutuhan air masyarakat, sehingga bantuan tersebut dianggap tidak lagi diperlukan.

“Kami sudah menunggu janji dari Dinas Lingkungan Hidup untuk memberikan suplai air bersih, tapi sampai sekarang tidak ada tindak lanjutnya. Padahal, air hujan tidak selalu cukup, apalagi pencemaran ini sudah merusak sumber air di sekitar kami,” ujar salah seorang warga Tamansari yang enggan namanya disebutkan.

Baca Juga:Persikotas Melaju ke Semifinal Liga 4 Seri Jawa Barat Usai Menang Dramatis 2-1 Lawan Maung AnomApple Dikabarkan Siap Bangun Pabrik di Bandung dan Batam, Larangan Penjualan iPhone 16 Segera Dicabut?

Kondisi ini membuat warga semakin frustrasi, mengingat pencemaran yang terjadi telah memengaruhi kualitas air di sumur-sumur warga. Selain itu, hujan deras yang terjadi secara sporadis tidak dapat dijadikan solusi jangka panjang karena warga masih kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Menanggapi kritik ini, Deni Diyana menegaskan bahwa pihaknya tetap memantau situasi di lapangan. Namun, alasan yang diberikan dianggap tidak memadai oleh beberapa pihak.

“Ya, kemarin saya pikir untuk mengatasi kekeringan saja awalnya. Sekarang situasinya berkembang. Kami akan terus mengirimkan suplai air dari BPBD jika memang diperlukan oleh masyarakat,” katanya saat menghadapi massa aksi di Bale Kota tempo hari.

Pernyataan ini justru menambah polemik karena dianggap tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Sebab tuntutan air bersih itu, dilontarkan warga saat berembuk dengan Dinas LH dan pihak pabrik dua bulan lalu saat awal pencemaran lingkungan terkemuka.

Aktivis Tasikmalaya juga ikut angkat bicara dan menilai bahwa pemerintah daerah perlu lebih serius menangani masalah ini. “Alasan hujan deras tidak bisa dijadikan pembenaran untuk menghentikan bantuan air bersih. Ini bukan hanya soal air, tetapi juga tanggung jawab moral pemerintah terhadap warga yang terdampak pencemaran lingkungan,” ujar Erick Rozabi.

0 Komentar