Kemudian Partai Golkar dengan H Muhammad Yusuf mantan incumbent Wali Kota Tasikmalaya, berikutnya H Budi Budiman mantan Wali Kota Tasikmalaya yang mendorong H Ivan Dicksan, bahkan Hj Nurhayati disiapkan langsung DPP PPP.
Berikutnya kandidat dari PDIP dan PKS mengusung kader internal dan menyusul PKB dengan menetapkan secara langsung H Yanto Oce dan terakhir PAN memberikan varian pilihan dengan surat rekomendasi ke beberapa kandidat.
“Dari pemetaan kandidat yang dimunculkan seharusnya sudah mengerucut pada paket pasangan. Namun lagi-lagi jalan terjal berliku masih di lalui partai politik jelang kontestasi dan sepertinya partai politik sedang mencari pasangan kandidat dan koalisi yang serasi sesuai rancangan anggaran amunisi,” ungkapnya
Baca Juga:Pemasangan Poster Politik Pilkada Kota Tasik Dinilai Sporadis, Merusak Estetika Tata Ruang dan LingkunganSoal Do'a Ivan Dicksan dan Dede Muharam, PKB Memegang Politik Santri di Pilkada Kota Tasikmalaya
Jika latar belakang itu yang membuat kebuntuan, sambung Dindin, maka masyarakat jangan terlalu berharap Pilkada akan melahirkan pemimpin yang amanah dan Istiqomah. “Sebab lokus interes utama yang dibangun koalisi lebih menitik beratkan politik berbasis pragmatis,” ungkapnya.
Sebagaimana diketahui, sementara ini masing-masing parpol sudah memiliki koalisi dan kandidat. Namun koalisi yang ada tidak menjadi dasar pemaketan pasangan, bahkan malah muncul wacana pasangan dari kandidat yang saat ini belum berkoalisi.
Seperti halnya kolisi PPP – Demokrat yang tidak memunculkan Ivan – Azies atau Nurhayati- Azies. Wacana yang muncul malah paket Ivan-Dede Muharam yang syaratnya PPP dan PKS harus berkoalisi.
Pengamat Politik Tasikmalaya Asep M Tamam menilai bahwa kontalasi di Pilkada Kota Tasikmalaya memang semakin liar. Koalisi yang sebelumnya memberikan gambaran peta kandidat atau pasangan, malah membangun stigma ketidakjelasan. “Jadi seperti makin jauh, tapi sepertinya memang harus begitu untuk menuju sesuatu yang jelas,” ungkapnya kepada Radar, Senin (29/7/2024).
Hal ini sejalan dengan analisanya di awal yakni koalisi yang terbangun sebatas formalitas. Meskipun secara politik bisa jadi bagian dari strategi memenangkan kotestasi. “Dari awal kan saya sebut koalisi basa-basi,” ucapnya.
Menguatnya wacana paket Ivan-Dede pun menurutnya masih terhalang karena di PPP pun masih ada Hj Nurhayati. Namun jika betul terealisasi, ini akan jadi warning bagi Partai Demokrat dan PKB. “Kalau melihat kondisinya koalisi basa-basi ini sepertinya akan pecah, dan kelihatannya akan terjadi kejutan-kejutan,” ucapnya.