Soal Usulan Penonton Konser Musik Pria-Wanita Dipisah, Begini Pandangan Anggota DPRD dan Budayawan Tasikmalaya

Soal Usulan Penonton Konser Musik Pria-Wanita Dipisah, Begini Pandangan Anggota DPRD dan Budayawan Tasikmalaya
Tatang Pahat - H Dodo Rosada
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Usulan penonton konser musik pria-wanita dipisah harus memiliki landasan yang jelas. Perlu kajian secara hukum, sosial sampai budaya supaya tidak malah memicu persoalan.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan sekaligus Ketua Bapemperda DPRD Kota Tasikmalaya H Dodo Rosada mengatakan bahwa segala aktivitas masyarakat pada dasarnya memiliki landasan hukum. Termasuk persoalan event konser musik yang juga tentunya ada aturan mainnya. “Untuk konser music kan biasanya harus ada perizinan dan mekanisme lainnya,” ungkapnya kepada Radartasik.id, Minggu (1/10/2023).

Soal pemisahan penonton pria dan wanita, sejauh ini belum ada undang-undang yang mengatur hal tersebut. Bahkan Perda Tata nilai sendiri menurutnya tidak sampai mengatur sampai sedetail itu. “Di Perda juga kan tidak ada aturan seperti itu kan,” katanya.

Baca Juga:Candaan Tidak Wajar, Pose Siswa Menginjak Kepala Jadi Persoalan SeriusUsul Pemisahan Penonton Konser Musik Diprotes Warganet

Pihaknya pun menilai aneh karena usulan tersebut baru dimunculkan sekarang. Sedangkan event konser di Kota Tasikmalaya sendiri sudah sering kali dilaksanakan dengan konsep penonton dicampur. “Kan sudah sering ada konser musik di Kota Tasik, kenapa baru diusulkan sekarang,” terangnya.

Pihaknya sendiri melihat bahwa konser musik merupakan sarana hiburan dan juga sarana untuk meningkatkan iklim investasi dan juga perekonomian. Sebagaimana visi dan misi Kota Tasikmalaya untuk menjadi kota industri dan perdagangan. “Jadi kebijakannya harus sejalan juga dengan visi dan misi,” tuturnya.

Di samping kacamata legislatif, dari kaca mata budaya pun pemisahan penonton konser pria dan wanita dianggap terlalu memaksakan. Pasalnya Kota Tasikmalaya memiliki masyarakat yang heterogen dengan keragaman suku dan agama.

Budayawan Tasikmalaya Tatang Pahat mengatakan bahwa Kota Tasikmalaya memiliki kearifan lokal dengan kondisi masyarakat heterogen. Selain beragam etnis, di Kota Tasikmalaya juga memiliki warga dengan keyakinan agama berbeda-beda. “Kita ini daerah yang plural, dan satu sama lain saling menjaga,” ungkapnya kepada Radar.

Pemisahan antara pria dan wanita khususnya non muhrim sejauh ini hanya budaya atau ajaran Islam saja. Padahal Kota Tasikmalaya juga punya budaya toleransi antar umat beragama. “Kalau acara khusus untuk muslim bisa saja, tapi kalau untuk umum sepertinya terlalu berlebihan,” katanya.

0 Komentar