Jangan Seperti Pedestrian Jalan Cihideung, Dadaha Harus Antisipasi Serbuan Pasca Revitalisasi Alun-alun

Dadaha Jangan Seperti Pedestrian Cihideung
Gambar konsep revitalisasi alun-alun atau lapangan upacara Dadaga terpajang di spanduk yang memagari lokasi proyek dari Provinsi Jawa Barat itu.
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Proyek revitalisasi lapangan atau alun-alun Dadaha masih dalam progres. Kawasan tersebut berpotensi mendapat serbuan yang harus diantisipasi sejak dini.

Berdasarkan perencanaan, proyek tersebut akan rampung pada bulan Agustus 2023. Dari gambarannya, lapangan tersebut akan berubah dan memiliki tampilan baru.

Sekretaris Karangtaruna Kota Tasikmalaya Arief Abdul Rohman mengatakan pembangunan ruang publik baru akan memiliki magnet kunjungan. Hal itu sudah menjadi fenomena yang biasa terjadi di masyarakat. “Setelah selesai, pasti banyak warga yang datang,” ungkapnya kepada Radar, Rabu (14/6/2023).

Baca Juga:Soal Rotasi Mutasi Pejabat Pemkot Tasikmalaya, Pj Wali Kota : Semua Kadis Tim SayaAstagfirullah!!! Masih Bocah Sudah Berani Pesta Miras, Gimana Nanti Gedenya Ya?

Namun di samping itu, perlu diperhitungkan juga potensi masalah yang ada. Dalam hal ini Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) dan UPTD Pengelola Komplek Dadaha harus menyiapkan antisipasi. “Harus belajar dari pedestrian Cihideung, jangan sampai Dadaha juga menjadi semakin semerawut,” ucapnya.

Beberapa potensi masalah yang muncul, menurut Arief di antaranya adalah masalah parkir. Karena sejauh ini ruang parkir di komplek Dadaha, khususnya sekitar lapangan kurang memadai. “Harus diperhitungkan apa parkir badan jalan di sana cukup,” terangnya.

Selain itu serbuan Pedagang Kaki Lima (PKL) juga perlu tidak boleh dikesampingkan. Tidak menutup kemungkinan mereka akan memadati trotoar di seputaran lapangan dan badan jalan. “Bahkan tidak menutup kemungkinan membuka lapak di dalam lapangan,” ucapnya.

Masalah lainnya adalah persoalan sampah yang bisa merusak suasana hasil pembangunan. Pada akhirnya membuat pengunjung menjadi tidak nyaman. “Sebagus apapun kalau sampah sudah berserakan jadinya tetap tidak nyaman,” tuturnya.

Pada intinya, pemerintah harus bisa belajar dari pengalaman pembangunan pedestrian Jalan HZ Mustofa dan Cihideung. Salah satunya dengan melakukan antisipasi sejak dini sebelum pembangunan itu selesai. “Jangan sampai pemerintah bergerak setelah muncul masalah,” katanya.

Salah seorang warga, Ika Daulika (29) melihat gambar yang terpasang di pagar lapangan menurutnya cukup menarik. Dia pun penasaran bagaimana hasil nyata dari revitalisasi yang dilakukan di lapangan. “Kalau lihat gambarnya sih bagus,” tuturnya.

0 Komentar