Guru Honorer Rawan Terjerat Pinjol, Akibat Upah Kecil?

42 Persen Pengguna Pinjol dari Kalangan Guru, Termasuk Honorer terjerat pinjol
Ilustrasi debitur pinjol cari uang cuma buat bayar utang. (Foto: Pixabay)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Kalangan guru di wilayah Jawa Barat ternyata menjadi yang terbanyak terjerat pinjol.

Sebagaimana yang diungkap pengamat ekonomi Acuviarta Kartabi, bahwa dari jumlah itu 27,6 persen pengguna Pinjol di Indonesia berasal dari Jawa Barat.

Lebih sedih lagi, kebanyakan pengguna pinjol itu berasal dari kalangan guru, termasuk guru honorer.

Baca Juga:Pemerintah Diminta Lebih Gencar Sosialisasikan Program Bantuan kepada MasyarakatCulture Women Studies, Melawan Redupnya Diskusi Anak Muda

“42 persen pengguna pinjol itu kalangan guru, termasuk guru honorer,” ungkap pengurus ikatan sarjana ekonomi Indonesia (ISEI) Jabar ini.

Penghasilan yang rendah dan jaminan jabatan yang tidak pasti, menjadi satu faktor yang diduga jadi penyebab guru honorer tersangkut pinjaman online.

Seperti yang dikatakan seorang kepala sekolah dasar (SD) berinisial ‘O’ yang ada di Kota Tasikmalaya. Ia mengatakan bahwa upah guru honor tidak lebih dari Rp 500.000.

Sebab itu mungkin saja guru honor menjadikan Pinjol sebagai tumpuan untuk menutup kebutuhan dikala honor yang didapat dari sekolah memang tidak mampu menutupi kebutuhan hidup.

“Saya juga suka kasihan. Tapi, ya gimana, kemampuan sekolah untuk membayar honorer hanya segitu. Kita, ya, ngandelin dari BOS (Bantuan Operasional Sekolah),” ungkapnya kepada Radar, Jumat (8/9/2023).

Sebab itu ‘O’ tidak heran ada data yang menyebutkan kebanyakan pengguna pinjol adalah kalangan guru, termasuk guru honorer.

Rata-rata guru honor yang sudah menikah, kata dia, punya beban berlipat. Kebutuhan tinggi, sedangkan honor mereka kecil.

Baca Juga:Mau Transfer Saldo Gopay ke Dana? Gampang! Ikuti Langkah-Langkah IniAtasi Kesulitan Air Bersih, Pemkot Tasikmalaya Bangun Sumur Bor di Wilayah Indihiang

Sebab itu tak jarang guru honor mengajar lebih dari satu sekolah agar bisa mendapat tambahan penghasilan.

“Ya makannya data itu mungkin saja benar. Soalnya honorer itu capek tenaganya, dia butuh banyak keperluan. Di sekolah kami juga berjasa untuk meningkatkan prestasi anak, karena rata-rata masih muda. Kalau yang sudah tua tapi masih honorer, nah saya kira itu dia yang harus didahulukan lulus PPPK,” lengkapnya.

0 Komentar