Aksi Solidaritas untuk Kanjuruhan

Aksi Solidaritas untuk Kanjuruhan
0 Komentar

TAROGONG KIDUL, RADSIK – Tragedi yang menimpa suporter sepakbola asal Malang, Aremania, di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu mengundang simpati dari masyarakat. Tak terkecuali masyarakat Garut.

Aliansi Masyarakat Sipil Garut yang terdiri dari berbagai lintas komunitas dan lintas iman menggelar aksi solidaritas untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Kegiatan itu dilakukan di Tugu Peringatan Banjir Bandang Garut Kecamatan Tarogong Kidul, Sabtu (8/10/2022) malam.

Aksi solidaritas diisi dengan menyalakan lilin, sebagai tanda berduka serta berorasi pesan damai dan dan doa bersama untuk korban tragedi kanjuruhan.

Baca Juga:Per Tahun 1,5 Juta Orang NganggurPotensi Kekacauan di Pesta Demokrasi

[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]

Perwakilan Aliansi Masyarakat Sipil Garut dari Komunitas Gusdurian Ujang Wahid mengatakan, aksi damai merupakan respon dari tragedi memilukan di Kanjuruhan yang menyebabkan 125 pendukung Arema meninggal dunia. “Kegiatan malam solidaritas untuk Kanjuruhan merupakan bentuk empati kita terhadap korban bencana kemanusiaan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan,” ucapnya.

Menurut Ujang, kegiatan tersebut sebagai bentuk solidaritas dan pesan damai yang melibatkan lintas komunitas bahkan lintas iman, karena sepak bola merupakan salah satu hal yang mampu menyatukan masyarakat Indonesia. “Melalui kegiatan yang melibatkan pemuda lintas agama ini kita ingin menyampaika pesan bahwa sudah saatnya kita melupakan fanatisme terhadap suku, ras, agama, apalagi sekadar tim sepak bola. Tidak ada sepak bola yang sebanding dengan nyawa,” tambahnya.

Peserta aksi dari Bobotoh Garut Ilmi Aulia mengatakan, sebagai kaum hawa yang memiliki kecintaan pada sepak bola tentu merasakan duka mendalam atas kejadian di Kanjuruhan. “Tentunya sangat merasakan duka mendalam atas kejadian yang menyebabkan supporter meninggal dunia yang jumlahnya di luar logika seorang supporter,” ucap Ilmi.

Ia berharap kejadian kelam itu menjadi yang terakhir di sepak bola Indonesia dan juga harus menjadi bahan evaluasi untuk pe­merintah, PSSI, dan panitia penyelanggara agar memperhatikan standar keamanan su­pporter, terutama untuk perempuan. “Sebagai supporter perempuan saya mengharapkan stadion sepak bola di Indonesia bisa menjamin keamanan dan keselamatan dan memperhatikan terutama supporter anak kecil dan perempuan,” pungkasnya. (mg1)

0 Komentar