Ahli Gizi: Telur dan Susu Saja Tak Cukup untuk Atasi Masalah Stunting

Gizi
Dosen Poltekes Kemenkes Tasikmalaya berdiskusi soal stunting. (ist)
0 Komentar

Ima Karimah MSi, dosen yang masuk dalam tim perancang menu Damaskus juga menjelaskan bahwa Stunting adalah masalah gizi yang kronis. Pencegahan dapat dilakukan dari masa remaja para calon ibu.

“Dari mulai ibunya remaja, jadi satu siklus. Kalau dari anak kecil udah kurang gizi, terus nanti remajanya kurang gizi, kemudian nanti pada saat hamil juga dalam kondisi yang kurang gizi dan melahirkan anak yang bisa stunting, gizi kurang atau gizi buru,” terangnya.

Kendati demikian, pemenuhan gizi dengan memilih telur sebagai makanan beprotein sempurna tidak cukup mengentaskan stunting alias Tangkes. Seperti program Damaskus, yang belum juga digalakkan itu, menurut tim dosen jurusan Gizi perlu mengetahui kemampuan ekonomi masyarakat.

Baca Juga:Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis Cegah Terjadinya Kekerasan di SekolahPPM Siap Menangkan Budi Mahmud untuk DPRD Provinsi Jawa Barat

“Itu yang harus diperhatikan, jika sudah ada program tapi tidak ada perubahan. Apakah pemberian itu tepat sasaran, ke anaknya atau satu keluaraga mengonsumsi juga?” katanya.

“Harus diperhatikan juga, ketika anak itu sakit-sakitan ada infeksi dalam tubuhnya ya itu harus diatasi dulu. Jangan-jangan anak ini kurang gizi atau stunting karena dia ada tuberkulosis contoh, itu harus diatasi dulu. Jadi, ketika kita memberikan makanan jangan sampai sia-sia,” tambahnya.

Lebih lanjut, dosen kesehatan lainnya, Irma Nuraeni MPH, juga menjelaskan bahwa bukanlah hal mudah memastikan bantuan makanan khusus anak stunting dikonsumsi secara berkala.

“Ya susah juga memastikan telur itu dikonsumsi khusus sama anaknya. Kalaupun ada program bagi makanan, setelah selesai mereka kembali ke kebiasaan makanannya, sebab tidak berdaya dengan kemampuan ekonomi mereka,” ungkapnya.

“Ada istilah daripada memberi ikan yang siap makan, lebih baik kasih kailnya, atau kolamnya. Kemudian daripada memberikan telur, lebih baik ayamnya, agar warga bisa berdaya dan intervensi makanan tidak berhenti saat program juga berhenti,” timpa Dina.

Naning Hadiningsih, MSi sebagai tim perancangan menu Damaskus juga mengatakna bahwa, sebanyak 95 halaman dengan banyak ragam menu, seharusnya dibarengi dengan keberdayaan masyarakat mempertahankan asupan gizi seperti itu.

0 Komentar