Ketika Bambu Bicara Kota Tasikmalaya: Cerita di Balik Lorong, Kujang, dan Mimpi Menembus Pasar Dunia

potensi bambu Kota Tasikmalaya untuk pasar ekspor
Lorong Bambu dalam Priangan Bamboo Fest x Kriya Lokal di Gedung PPIK Kota Tasikmalaya, Jumat 12 Desember 2025. ayu sabrina / radar tasikmalaya
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Di dalam Gedung Pusat Pengembangan Industri Kerajinan (PPIK) Kota Tasikmalaya, Jumat 12 Desember 2025, aroma bambu yang baru dipotong bercampur dengan suara langkah pengunjung yang tak henti-henti terdengar.

Cahaya lampu memantul di sela-sela anyaman, menciptakan bayangan yang menari di dinding.

Priangan Bamboo Fest x Kriya Lokal 2025 bukan sekadar pameran. Untuk Ogi Yogaswara, desainer bambu yang menata keseluruhan instalasi, ruang ini adalah pernyataan.

Baca Juga:Wali Kota, PKL, dan Siang Hari yang Terlalu Terik di Jalan Pemuda Kota Tasikmalaya!Polemik Proyek Padel di Kota Tasikmalaya: Rekomendasi Stop Pengerjaan Sementara Diabaikan

Sebuah pesan keras bahwa bambu dari Priangan—terutama Tasikmalaya—punya takdir lebih besar daripada menjadi sekadar kerajinan rumahan.

“Ini pendobrakan,” ucap Ogi sambil melirik lorong bambu raksasa yang ia bangun bersama timnya selama hampir dua minggu.

“Kita ingin menunjukkan bahwa bambu itu luar biasa. Kalau masyarakat tahu, pemerintah mendukung, dan pasar bergerak, kehidupan masyarakat Tasik bisa berubah.”

Lorong yang Mengajak Masuk ke Masa Depan

Lorong bambu itu menjadi magnet pertama.

Panjang, melengkung, dan ditata sedemikian rupa hingga setiap orang yang melangkah di dalamnya merasa masuk ke ruang lain—ruang yang tak bergantung pada beton dan baja, tetapi pada material yang tumbuh cepat, ramah lingkungan, dan punya sejarah panjang di Priangan.

“Bambu bukan tradisi semata. Ia medium seni,” kata Ogi. “Karakternya kuat, ekspresinya luas.”

Di titik tertentu lorong itu melebur dengan instalasi Tiga Kujang—tiga struktur menjulang dari bambu, mewakili kemarin, hari ini, dan hari esok.

Kujang, yang sejak dulu menjadi simbol keteguhan orang Sunda, kini hadir dalam bentuk baru: lebih tegas, lebih modern, tapi tetap sarat makna.

Baca Juga:Polres dan Pemkot Tasik Beri Ruang Inklusif: Siswa Difabel Disambangi Kapolres, Sekda Lepas Konvoi Eks Selokan Diurug, Drainase Menjerit: PUTR Stop Sementara Proyek Padel di Kota Tasikmalaya

“Kujang itu cerita keberanian. Dan keberanian itu yang kita butuhkan untuk membawa bambu mengakses dunia yang lebih luas,” terangnya.

Di depan pintu gedung, berdiri Lawang Agung, gerbang bambu besar dengan struktur konstruktif yang kokoh.

Di bawah lengkungannya, pengunjung berhenti, menengadah, mengamati detail demi detail.

“Saatnya kita punya pondasi yang matang,” kata Ogi. “Bambu bisa menjadi pintu menuju masa depan.”

0 Komentar