GARUT, RADARTASIK.ID – Trotoar sebagai infrastruktur publik seharusnya menjadi ruang aman dan nyaman bagi para pejalan kaki. Namun kenyataan trotoar di Kabupaten Garut menunjukkan hal sebaliknya.
Banyak trotoar di Kabupaten Garut telah beralih fungsi, mulai dari menjadi tempat parkir kendaraan hingga area berdagang, yang secara langsung mengganggu hak dan keselamatan para pejalan kaki.
Kondisi tersebut dikeluhkan oleh sejumlah warga.
Salah satunya Anisa Qolby, yang menyampaikan, trotoar di Garut saat ini sangat tidak nyaman digunakan.
Baca Juga:Garut Gencar Mendorong Warganya Bekerja di Luar Negeri, Peluang ke Jepang TerbukaMusim Kemarau Mulai Menyapa Kabupaten Garut, 3 Kecamatan Rawan Kekeringan Ekstrem
Ia merasa terganggu karena banyak trotoar yang justru dipakai untuk parkir oleh toko-toko di pinggir jalan.
Hal ini membuat ruang bagi pejalan kaki semakin sempit, bahkan terkadang tertutup sepenuhnya.
Anisa juga menyoroti kondisi fisik trotoar yang rusak akibat berbagai faktor, termasuk akar pohon besar yang menyebabkan permukaan trotoar retak dan tidak rata.
”Banyak trotoar yang belah karena ada akar dan itu membuat tidak aman dan tidak nyaman,” katanya, Senin, 9 Juni 2025.
Selain itu, ia mengeluhkan masih banyaknya pengguna kendaraan, khususnya sepeda motor, yang dengan sengaja menaiki trotoar saat lalu lintas macet.
Ini menunjukkan, kesadaran akan fungsi trotoar sebagai jalur pejalan kaki masih sangat rendah di kalangan pengguna jalan di Kabupaten Garut.
Masalah lain yang ia soroti adalah minimnya penerangan jalan di sejumlah titik.
Baca Juga:Batas Usia Dilonggarkan, Pencari Kerja di Kabupaten Garut Kini Punya Peluang Lebih Luas!Satpol PP Mulai Telusuri Pelajar yang Keluyuran Malam Hari di Garut, Apa Hasilnya?
Ia merasa tidak aman ketika harus berjalan kaki di malam hari, terutama selepas waktu magrib, karena kondisi yang gelap dan sepi.
Anisa pun berharap Pemerintah Kabupaten Garut dapat memberikan perhatian lebih terhadap kondisi trotoar.
Ia menekankan perlunya penertiban pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar untuk berdagang, sehingga pejalan kaki harus berjalan di badan jalan yang lebih berisiko.
Menurutnya, trotoar semestinya difungsikan sebagaimana mestinya, yakni sebagai jalur aman bagi pejalan kaki.
Senada dengan Anisa, Andri Nugraha juga mengungkapkan ketidaknyamanannya sebagai pengguna trotoar di Garut.
Ia menilai infrastruktur trotoar yang ada saat ini belum berpihak pada kebutuhan pedestrian.
Ia mengkritisi tindakan sejumlah pemilik toko yang membongkar trotoar secara sepihak, sehingga permukaannya menjadi tidak rata dan berbahaya.