Musim Kemarau Mulai Menyapa Kabupaten Garut, 3 Kecamatan Rawan Kekeringan Ekstrem

Musim Kemarau Mulai Menyapa Kabupaten Garut
Petugas menyalurkan air bersih di Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, yang paling rawan kekeringan ekstrem beberapa waktu lalu. (Dok. Polres Garut)
0 Komentar

GARUT, RADARTASIK.ID – Musim kemarau mulai menyapa Kabupaten Garut setelah musim hujan menunjukkan tanda-tanda usai.

Selama beberapa hari terakhir, Kabupaten Garut tidak lagi diguyur hujan.

Menanggapi tanda-tanda musim kemarau, status siaga darurat hidrometeorologi basah resmi dinyatakan berakhir pada akhir Mei 2025.

Sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi perubahan musim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut telah mulai menyusun langkah antisipatif.

Baca Juga:Satpol PP Mulai Telusuri Pelajar yang Keluyuran Malam Hari di Garut, Apa Hasilnya?Usai Libur Panjang, Kondisi Arus Lalu Lintas di Kabupaten Garut Kembali Normal

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Garut, Aah Anwar Saepuloh, menyampaikan, pihaknya telah melakukan persiapan menghadapi musim kemarau di Garut tahun ini, mengingat pola ini merupakan siklus tahunan yang rutin terjadi. ”kita sudah mempersiapkan,” ucapnya, Minggu, 8 Juni 2025.

Langkah awal yang akan diambil oleh BPBD adalah menggelar rapat koordinasi lintas sektoral bersama para pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) serta instansi terkait, seperti Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Rapat ini bertujuan menyamakan persepsi dan membangun sinergi untuk menghadapi potensi kekeringan di sejumlah wilayah.

Aah juga mengutarakan harapannya agar musim kemarau di Kabupaten Garut tahun ini tidak berlangsung lama dan tidak menimbulkan kekeringan ekstrem seperti yang pernah terjadi di masa lalu.

Ia menyebutkan, terdapat beberapa daerah yang kerap menjadi langganan kekeringan setiap tahunnya, antara lain sejumlah desa di Kecamatan Cigedug, Malangbong, dan Selaawi.

Untuk menangani wilayah-wilayah rawan tersebut, BPBD telah memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam merespons kekeringan.

Jika sumber air lokal tidak tersedia dan infrastruktur air tidak dapat segera diperbaiki, maka strategi yang diambil adalah melakukan suplai air bersih secara langsung.

Baca Juga:Penjualan Hewan Kurban di Garut Menurun, Pedagang Harus Putar OtakApa Alasan Koperasi Desa di Garut Ini Bisa Jadi Percontohan Nasional? Sudah Dicek Wamendagri Bima Arya

Proses distribusi ini akan dikoordinasikan dengan berbagai pihak seperti PDAM, Dinas Pemadam Kebakaran, Dinas Perumahan dan Permukiman, serta Dinas Lingkungan Hidup.

Selain kekurangan air bersih, dampak lain dari musim kemarau di Garut adalah meningkatnya risiko kebakaran hutan.

Salah satu titik rawan adalah kawasan Gunung Guntur yang memiliki vegetasi kering dan mudah terbakar.

Kebakaran sering kali dipicu oleh gesekan ranting atau daun kering yang memicu percikan api, terlebih di saat kondisi sangat gersang. (Agi Sugiana)

0 Komentar