RADARTASIK.ID – Di awal tahun ini, meskipun tarif Trump dan ketegangan perdagangan mengancam, banyak yang enggan membicarakan potensi stagflasi—istilah yang menggabungkan stagnasi dan inflasi.
Namun, kini para investor mulai mengakui risiko stagflasi, yang membuat strategi yang berfokus pada stagflasi menjadi lebih menguntungkan dibandingkan strategi beli dan tahan yang diterapkan pada Bitcoin dan S&P 500.
Sejak minggu lalu, keranjang stagflasi yang dikelola Goldman Sachs, yang mengandalkan kekuatan komoditas serta sektor defensif seperti perawatan kesehatan, serta posisi pendek pada saham konsumer discretionary (bersifat diskresioner), semikonduktor, dan teknologi yang merugi, tercatat mengalami kenaikan hampir 20% pada tahun ini.
Baca Juga:Sudah Masuk ke Rekening, THR ASN Cair Rp 9,36 Triliun, Pensiunan Rp 11,5 Triliun, Cek! Impor Indonesia Februari 2025 Melonjak, Apa yang Mendorong Kenaikannya?
Sebaliknya, S&P 500—indeks saham acuan Wall Street—telah turun sebesar 4%, sementara Bitcoin, sebagai mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, turun 10%, berdasarkan data dari TradingView dan CoinDesk.
Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), stagflasi adalah kondisi ekonomi di mana inflasi tinggi bersamaan dengan stagnasi ekonomi, pengangguran yang tinggi, dan penurunan aktivitas ekonomi secara umum.
Seiring dengan meningkatnya ketidakpastian ini, harga saham dan obligasi tampaknya sedang disesuaikan untuk mencerminkan pertumbuhan yang lebih rendah dan inflasi yang lebih tinggi, meskipun sektor seperti perawatan kesehatan justru mendapatkan manfaat dari janji deregulasi yang mengimbangi pemotongan dana langsung.
Meskipun desas-desus tentang stagflasi telah terdengar sejak awal 2022, pasar baru mulai mencerminkan kemungkinan tersebut pada tahun ini, terutama akibat tarif yang diterapkan oleh Trump dan eskalasi ketegangan perdagangan.
Indikator inflasi untuk masa depan, seperti swap dua tahun dan lima tahun, telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, mencerminkan kekhawatiran tentang dampak perang dagang yang dapat mendorong harga konsumsi lebih tinggi.
Di sisi lain, kurva imbal hasil pasar Treasury baru-baru ini mengalami inversi, yang mengisyaratkan potensi resesi.
Bitcoin Gagal Menjadi Emas Digital?
Stagflasi seharusnya menjadi peluang bagi aset yang dianggap sebagai tempat penyimpanan nilai, seperti Bitcoin, untuk bersinar. Misalnya, emas sendiri telah mencatatkan kenaikan 13% tahun ini.