RADARTASIK.ID – Pasar crypto baru saja diguncang oleh salah satu penurunan paling tajam dalam beberapa bulan terakhir.
Setelah mencapai puncak harga tertinggi sebesar $109.000 pada 20 Januari, Bitcoin mengalami koreksi besar dengan penurunan 28%.
Akibatnya, miliaran dolar dalam kapitalisasi pasar lenyap hanya dalam beberapa minggu.
Baca Juga:Tak Dihiraukan, Warga Arcamanik Bandung Tolak Alih Fungsi Gedung Serbaguna Jadi Tempat PeribadatanHedge Fund Tinggalkan Saham AS, Fokus ke Asia, Apa Dampaknya bagi Pasar?
Penurunan tajam ini terjadi di tengah ketegangan ekonomi global dan ketidakpastian di pasar keuangan.
Namun, lebih dari sekadar koreksi teknis, beberapa faktor eksternal utama berperan dalam kejatuhan ini.
Di antara ketidakstabilan makroekonomi, serangan siber berskala besar, dan kekecewaan politik, situasi ini mencerminkan berbagai tantangan yang dihadapi pasar crypto.
Faktor Eksternal yang Memperparah Kejatuhan
Volatilitas Bitcoin memang bukan hal baru, tetapi kali ini, penurunannya dipicu oleh berbagai guncangan besar.
Salah satu pemicunya adalah kondisi makroekonomi yang tidak stabil.
Sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, berbagai kebijakan ekonominya justru memunculkan ketidakpastian di pasar.
Wacana mengenai tarif perdagangan internasional yang lebih ketat semakin membuat investor ragu.
Beberapa analis menilai bahwa kejatuhan ini adalah reaksi pasar terhadap ketidakpastian ekonomi dan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis.
Baca Juga:Vinicius Junior Mencapai 300 Pertandingan Bersama Real Madrid, Namun Kekalahan Terjadi di VillamarinGigi Mbappe Bermasalah, Real Madrid Kalah Menyakitkan, Ancelotti Ungkap Alasan Kegagalan di Betis
Tidak hanya Bitcoin yang mengalami koreksi.
Indeks Nasdaq 100 juga merosot 7% sejak puncaknya pada 19 Februari, menunjukkan bahwa ketidakpercayaan terhadap aset berisiko meluas ke pasar saham dan investasi lainnya.
Selain faktor ekonomi, masalah keamanan siber juga memainkan peran besar dalam kejatuhan pasar crypto.
Pada 21 Februari 2025, platform perdagangan crypto Bybit menjadi korban peretasan terbesar dalam sejarah crypto.
Lazarus Group, kelompok peretas asal Korea Utara, berhasil mencuri $1,5 miliar dalam bentuk aset crypto.
Yang lebih mengkhawatirkan, mereka bahkan mampu menembus cold wallet, yang seharusnya lebih aman karena tidak terhubung ke internet.
Serangan ini menimbulkan guncangan besar di pasar dan memicu aksi jual panik di kalangan investor.
Keraguan terhadap keamanan infrastruktur perdagangan crypto semakin meningkat, menyebabkan banyak investor memilih menarik dana mereka untuk sementara waktu.
Tekanan Pasar dan Kekecewaan Investor
Selain faktor eksternal, dinamika internal di pasar crypto juga memperburuk penurunan harga Bitcoin.