TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Persoalan study tour, outing class dan sejenisnya kerap menimbulkan polemik dan keluhan dari orang tua siswa. Terlebih jika biaya yang dikeluarkan dinilai tidak sepadan dengan fasilitas yang diterima.
Seperti halnya outing class yang juga rangkaian Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di salah satu SMP Negeri di Kota Tasikmalaya yang rencananya dilaksanakan pada pertengahan Februari 2025. Kegiatan tersebut dikeluhkan karena menilai biaya yang ditarik pihak sekolah tidak sesuai dengan fasilitas.
Seorang ayah dari salah seorang siswa SMP tersebut, menyebutkan bahwa dirinya diminta biaya senilai Rp 495 ribu. Rencananya anaknya akan dibawa oleh sekolah berkunjung ke Garut. “Perjalanannya ke Garut, sekitar 2 minggu lagi,” ujar pria yang enggan disebut identitasnya itu.
Baca Juga:Kecelakaan atau Korban Geng Motor? Pelajar Terkapar Tak Bernyawa di Jalan Sewaka Kota TasikmalayaPolisi Tunggu Hasil Autopsi Bayi Perempuan 500 Gram yang Ditemukan di Sungai Cikunten Tasikmalaya
Berdasarkan surat tersebut, diketahui bahwa ada beberapa lokasi yang akan dikunjungi pada outing class tersebut. Yakni ke Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya, Pabrik coklat di Garut serta Kampung Bali Antapura De Djati Garut.
Menurutnya, jika dihitung, biaya yang dikeluarkan tidak sepadan dengan fasilitas atau pengeluaran yang dibayarkan. Karena untuk biaya masuk ke tiga lokasi itu relatif murah bahkan sebatas pengeluaran untuk parkir saja. “Yang ada biaya masuk paling ke Kampung Bali saja, yang saya tahu biayanya hanya Rp 25 ribu, kalau ke pabrik coklat dan Kampung naga paling hanya biaya parkir saja,” ucapnya sambil menunjukkan surat dari pihak sekolah.
Setiap siswa, memang disebut akan mendapatkan fasilitas konsumsi 3 kali, air mineral, obat-obatan ringan serta banner. Menurutnya, biaya untuk keperluan tersebut tidak akan sampai menghabiskan biaya Rp 200 ribu per siswa. “Mungkin habis di angka Rp 100 ribu atau Rp 150 ribu,” katanya.
Di sekolah tersebut, disebutkan jumlah siswa kelas VII di SMP tersebut jumlahnya mencapai sekitar 390 orang. Dari 300 siswa saja yang ikut, maka biaya yang terkumpul mencapai Rp 147 juta. “Untuk tiket dan konsumsi katakan Rp 200 ribu per siswa, totalnya Rp 60 juta,” hitungnya.
Artinya, siswa uang yang terkumpul ada di angka Rp 87 juta untuk keperluan sewa bus dan biaya konsumsi sopir. 300 orang tersebut bisa menurutnya bisa diangkut dengan menggunakan sekitar 10 bus. “Saya cek biaya sewa bus ke Garut itu di angka Rp 3 juta, kali 10 jadi 30 juta, sisanya masih relatif besar,” katanya.