MANGKUBUMI, RADSIK – Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun 2022, Puskesmas Kawalu dipenuhi pasien dan penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Mereka mengikuti pendampikan dan psiko edukasi.
Plt Kepala Puskesmas Kawalu Jamaludin mengatakan, di wilayah kerja Puskesmas Kawalu ada sekitar 80 penderita ODGJ yang saat ini berada dalam pendampingan pihak puskesmas. Tapi yang hadir pada kegiatan kali ini hanya empat puluh orang saja, dan mereka didampingi keluarganya. “Mereka yang dibawa pada kegiatan ini perkembangan kesehatan jiwanya sudah lebih baik, sudah bisa berkomunikasi,” kata Jamal disela kegiatan di Situ Gede, Senin (10/10/2022).
Menurutnya, menghadirkan para pasien bukan persoalan mudah. Lantaran, mindset para penderita gangguan jiwa berpikiran ketika dibawa pemerintah bakal dibuang atau ditempatkan ke daerah lain, maka pihak puskesmas meminta pendampingan para keluarga. “Penderita ODGJ yang kondisi kesehatan jiwanya sudah lebih baik kita beri pelatihan, bahkan ada yang sudah bekerja juga,” terang Jamal yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan itu.
Baca Juga:Madrasah dan Sekolah Masih RawanSafari Kebangsaan Solidkan Bemnus Jabar
[membersonly display=”Baca selengkapnya, khusus pelanggan Epaper silakan klik” linkto=”https://radartasik.id/in” linktext=”Login”]
Sementara itu, Sub Koordinator P2PTM pada Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Ruj’atun Ulfah SKM menambahkan, yang namanya ODGJ, sembuh itu bukan berarti tidak minum obat. Sembuh itu bahwa dia sudah sadar perlunya meminum obat. “Jadi yang dikatakan sembuh itu tidak berhenti minum obat. Makanya perlu adanya pendampingan dari keluarga. Dan tidak ada limit waktu bagi penderita ODGJ untuk minum obat, artinya seumur hidup,” jelasnya.
Tiap bulan mereka harus kontrol dan konsultasi ke puskesmas. “Jadi apakah obat itu berlanjut, berkurang atau lebih. Karena kalau dia putus obat, bisa kembali ke kondisi awal,” tambahnya. Menurutnya, penderita ODGJ untuk bisa pulih sekitar satu hingga tiga tahun. Jadi bukan perkara mudah mengobati penderita ODGJ.
Berdasarkan data yang ada, penderita ODGJ di Kota Tasik berjumlah sekitar 987 orang. Sejauh ini kendala dalam penanganan ODGJ adalah kurangnya pendampingan dari keluarga. Ada yang mengakui, ada juga yang tidak mengakui karena malu punya anak atau keluarga yang menderita ODGJ.