Tutup atau Buka, Infrastruktur Menyesuaikan

Tutup atau Buka, Infrastruktur Menyesuaikan
RAMAI. Aktivitas di Jalan Cihideung Simpang HZ Mustofa terlihat ramai Kamis sore (7/7/2022). Foto: Firgiawan/Radar Tasikmalaya
0 Komentar

“Bukan berarti ditutup itu, pemukim sana tidak bisa lewat. Hanya bisa keluar masuk, mungkin bisa disesuaikan dan diatur saja,” ujar dia.

Hanya saja, kata dia, sampai saat ini pihaknya masih berpegang terhadap konsep perencanaan awal. Dimana ruas penghubung HZ Mustofa menuju Jalan Pasar Wetan itu konsepnya pedestrian.

“Sementara ini kami berpegang itu konsep jalannya ditutup dulu, sesuai perencanaan awal dan finishing-nya tentu begitu. Namun, apabila nanti ada kebijakan seperti apa, kita Bidang Jalan tentunya menyesuaikan, dalam hal ini bagaimana keputusan tim dan tentunya pak wali kota,” papar Wenda.

Baca Juga:Konsep Penataan PKL Belum Kunjung FinalKurban Tanpa Kantong Plastik

Terpisah, Wakil Ketua DPRD Kota Tasikmalaya Muslim MSi menilai penutupan boleh saja dilakukan. Namun, ada kekhususan bagi warga sekitar yang memiliki kendaraan dan membutuhkan akses secara aktif di area itu. “Ya tinggal kendaraan warga asli setempat tetap dibolehkan saja melintas, boleh saja nanti bentuknya jadi pedestrian juga, asal akses leluasa orang setempat,” tegas dia.

Ketua DPC PDIP itu menganalisa hasil dari pemanggilan komisi terkait terhadap tim penataan. Konsep pedestrian itu belum dipenuhi sarana pendukung atau aspek penunjang yang dibutuhkan. Sebab, apabila akan dilaksanakan perubahan total di area itu, infrastruktur atau sarana alternatif penggantinya mesti disiapkan.

“Ambil contoh area parkir. Oke Jalan Pemuda sudah diwacanakan, lalu memudahkan warga, toko atau siapa saja yang beraktivitas di sana, ada jalan tembusan tidak? Coba bisa dipikirkan itu, sepanjang masjid agung sampai Cihideung ada ruas-ruas tembusan agar memudahkan masyarakat,” analisanya.

“Bisa saja nanti membebaskan beberapa lahan di area itu, sebagai tembusan jalan menghubungkan sarana parkir (Jalan Pemuda) dengan HZ dan Cihideung tentunya, seperti di Malioboro banyak ruas semacam itu,” sambung dia.

Selain itu, kalkulasi lain yang dibutuhkan pematangan konsep pemkot. Pertokoan di area itu, apakah setelah akses ditutup bisa kembali ramai atau justru sebaliknya.

“Saya pernah usulkan, Pasar Rel itu bubarkan saja, jadi bisa digunakan sarana parkir, tidak hanya Jalan Pemuda. Supaya apa, pengunjung tidak kesulitan cari tempat simpan kendaraan, karena jadi malas kalau jalan terlalu jauh ke Cihideung hanya untuk misal beli sesuatu yang di jalan-jalan lain juga dijual dan lebih mudah aksesnya,” kata Muslim.

0 Komentar