Tragedi Berdarah Harta Orang Tua

Tragedi Berdarah Harta Orang Tua
Ilustrasi
0 Komentar

Kepala Bidang Pelayanan RSUD dr Soekardjo H Dudang Erawan Suseno mengakui bahwa DD sempat masuk IGD dan mendapat penanganan medis. Dia menyebutkan luka yang dialaminya terbilang aman. ”Pasiennya juga sudah pulang lagi artinya tidak parah,” tuturnya.

Bahan Renungan

Pertikaian DR dan WW tidak termasuk perebutan harta warisan. Pasalnya, orang tua kakak beradik itu masih hidup. Namun, tragedi harta benda di Gunung Cihcir tersebut bisa menjadi renungan bersama, mengingat persoalan itu banyak terjadi di masyarakat.

Berikut ini adalah ceramah KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang populer dipanggil Buya Yahya terkait dengan pengelolaan harta benda orang tua, termasuk warisan, yang bisa menjadi pembelajaran bersama dalam menyikapi polemik kekayaan duniawi.

Baca Juga:Bupati Pangandaran Siap Ngantor di BapendaWakil Wali Kota Banjar Pantau Ujikom Pejabat

Dalam YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menerangkan warisan itu adalah sesuatu yang dibagi setelah meninggal dunia. Tidak ada warisan yang dibagi saat yang punya harta masih hidup. Kalau seorang bapak yang masih hidup membagi-bagikan hartanya kepada anaknya tidak boleh atas dasar waris. “Itu namanya hibah,” ujarnya dalam sebuah ceramah yang diunggah di YouTube pada 6 Agustus 2018.

Jadi, kata Buya Yahya, saat orang tua membagi-bagikan hartanya kepada anak-anaknya, syaratnya harus adil. Adil itu disesuaikan dengan kebutuhan anaknya. Misalnya yang jago bertani dikasih tanah pertanian yang luas. Yang jago mengelola toko diberi lahan untuk toko. Namun, kurang lebih nilainya sama. ”Kalau ada orang tua tidak adil di dalam membagikan hartanya, menghibahkan hartanya kepada anak, dosa orang tua. Karena akan menjadi sebab permusuhan pada sang anak,” tuturnya.

Kemudian, anak jangan menuntut ke­adilan dari orang tua. Karena anak tidak mengerti apa yang telah dilakukan orang tua kepada anak­nya. Jangan sekali-kali sebagi se­orang anak berkata, ‘Bapak tidak adil’. “Anda (anak) tidak tahu dulu An­da pernah dikasih mungkin, atau wak­tu pengobatan Anda atau apa,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah yang berpusat di Cirebon ini.

”Biarpun kelihatan di mata Anda tidak adil, misalnya ngasih adik-adik terus. Hei! Kamu melihat lahirnya adikmu tetapi kamu tidak melihat lahir dirimu sendiri. Jangan macam-macam urusan ini. Sebab sering anak kurang ajar mengatakan bapaknya tidak adil,” lanjutnya.

0 Komentar