Rumah Sakit Paru Bakal Berdiri di Kabupaten Garut, Disini Lokasi Pembangunannya

Rumah Sakit Paru
rumah sakit paru di Kecamatan Tarogong Kidul. Keberadaan rumah sakit tersebut untuk menjangkau masyarakat yang hendak menjalani pengobatan TB. (Agi Sugiana/Radartasik.id)
0 Komentar

GARUT, RADARTASIK.ID – Rumah Sakit Paru bakal segera berdiri di Kabupaten Garut. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dr Azhar Jaya menyebut, keberadaan sarana kesehatan di Kabupaten Garut akan mengurangi beban kesehatan di Kota Bandung.

Azhar Jaya mengatakan, saat ini Provinsi Jawa Barat masuk dalam lima provinsi dengan angka tuberculosis (TB) tinggi. Kabupaten Garut sendiri berada di urutan ke-13 di Provinsi Jawa Barat.

“Tentunya kita jangan menyalahkan siapa-siapa, ini adalah masalah kita bersama yang perlu kita selesaikan. Butuh kerja sama yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, sampai dengan seluruh stakeholder,” ucapnya, Selasa 19 September 2023.

Baca Juga:Warga Terdampak Banjir Bandang di Kabupaten Garut Ramai-Ramai Datangi Gedung Bupati dan DPRD, Tuntut Hal IniAncaman Megathrust Menghantui Kabupaten Garut, Ini Penjelasan PVMBG

Ia menerangkan, faktor utama yang menyebabkan tingginya angka TB adalah banyaknya pengobatan yang tidak tuntas. Pasien merasa bosan untuk melakukan pengobatan. Akhirnya obat yang diberikan menjadi resisten atau kebal.

Hal itu menimbulkan kondisi MDR yang memerlukan pengobatan lebih intensif. “Multidrug resistant (MDR), jadi TB yang resistan terhadap obat-obatan yang standar, ini yang bahaya. Karena orang ini akan terus menularkan dari satu orang ke orang yang lain,” katanya.

Karena itu, saat ini pihaknya akan menyediakan perawatan khusus untuk pasien MDR TB. Ia menekankan peningkatan kualitas pengobatan dengan penambahan dokter spesialis paru tetap di Rumah Sakit Paru.

“Kita taruh dokter tetap pak, kalau dulu dokternya belum tetap, nanti ke depan akan ada dokter paru tetap,” katanya dr Azhar Jaya.

Keberadaan Rumah Sakit Paru Memudahkan Warga

Terakhir, dr Azhar Jaya meminta keterlibatan semua pihak, termasuk media dan keluarga pasien dalam mengawasi pasien TB agar bisa menjalani pengobatannya hingga tuntas.

“Jadi di keluarga itu kita sekarang gini, setiap pasien TB kita harus minta adanya PMO. PMO itu pengawas minum obat yang memastikan agar pasien benar-benar minum obat,” katanya.

0 Komentar