Penerbangan Pertama Citilink dari dan ke Tasikmalaya Tak Terisi Penuh

penerbangan pertama
Pesawat Citilink mendarat di Bandara Wiriadinata saat penerbangan perdana dari Halim ke Tasikmalaya pada hari Senin (2/10/2023). foto: Ayu Sabrina B / radartasik.id
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Layanan penerbangan pertama di Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya telah aktif sejak tanggal 2 Oktober 2023.

Di hari itu pesawat dari Maskapai Citilink sudah bolak-balik Jakarta-Tasikmalaya untuk membawa penumpang.

Kendati demikian, kapasitas 68 kursi tidak terpenuhi.

Pesawat dengan kode penerbangan QG 8116 dari Bandara Halim Perdana Kusuma mendarat di Bandara Wiriadinata Tasikmalaya pukul 12.40 WIB.

Baca Juga:Naikan Level Kompetensi Bermain Musik, LPK Simphony Music School Latih 22 PesertaIsu Dualisme Pemimpin di Bappelitbangda Kota Tasikmalaya Belum Juga Usai, Anggota Dewan Tak Satu Suara

Dalam manifest penerbangan itu, tercatat ada 62 penumpang termasuk diantaranya pejabat dari Kementerian Dalam Negeri dan masyarakat.

Sedangkan, untuk perjalanan udara dari Tasikmalaya ke Jakarta, kursi pesawat penerbangan pertama itu diisi oleh 66 penumpang yang merupakan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Tasikmalaya, beberapa awak media serta warga lokal.

“Dari Halim itu ada 62 penumpang, kemudian dari Tasik ke Jakarta ada 66 penumpang. Meskipun masih kurang (belum memenuhi semua kursi, red), tapi kan saya dan tim harus terus berusaha agar bisa terpenuhi ya 68 penumpang. Makannya ini kesempatan anak muda ayo manfaatkan aktivasi bandara ini untuk peluang yang lebih baik,” kata Direktur Operasional CV Adirama Mitra Sehati, Irvine Juliandre kepada Radar, selasa (3/10/2023).

Diketahui, pesawat ATR 72-600 butuh 1000 kilogram avtur untuk sekali terbang. Untuk perjalananan rute Jakarta-Tasikmalaya, pesawat lebih dulu mengisi ulang bahan bakar di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

“Avtur sudah 17.000 per liter, dan saat ini kan di Bandara Wiriadinata belum ada pom bensin-nya ya, nanti sedang diusahakan juga untuk kelengkapan dan perbaikan ke depan,” tuturnya.

Irvine kemudian menceritakan pengalamannya mengelola operasional salah satu bandara di Pulau Nias, Sumatera Utara. Bagaimana dunia penerbangan di sana didorong semua pihak untuk berkembang.

“Di sana, pemerintah, masyarakat, dan media bersinergi untuk memajukan layanan penerbangan di bandara. Sebab, mereka sadar akan kebutuhan pesawat karena mereka kalau berpergian membutuhkan hingga 24 jam sekali melintas pulau,” ungkap Irvine.

0 Komentar