Mas Radi, Ciuman 19 Tahun

Mas Radi, Ciuman 19 Tahun
KENANGAN. Pemimpin Perusahaan radartasik.com Radi Nurcahya semasa hidup.
0 Komentar

Saya kirim pesan ke grup WA Radar Tasik. Agar semua yang ada di Kota Tasik merapat ke rumah Mas Radi. Saya tulis Mas Radi kritis.

Saya telepon Agustiana. Saya sapa dia Kang Agus. Minta agar segera ke rumah Mas Radi. Lihat kondisinya. Saya juga menuju ke sana. Saya harap Mas Radi pingsan saja. Saya akan bawa ke rumah sakit. Ditangani dokter dan sembuh.

HP saya menyala lagi. Ada telepon Nina. Saya masih berharap Mas Radi tidak apa-apa. “Pak Radi tos ngantunkeun,” suara Nina berat. Tersedak. Saya lemas. Innalillahi wainna ilaihi rojiuun.

Baca Juga:Sinyal Koalisi PPP-GerindraKrisis Bacaleg Perempuan

Bergegas saya bersama istri, Melly Hastuti ke rumah Mas Radi. Tetap berharap dia hanya pingsan. Tiba di rumah, langsung ke kamar. Ya Allah. Di atas kasur Mas Radi seperti tidur. Istri dan dua anaknya duduk ditepinya. Saya hampiri. Tubuhnya saya pegang. Dingin. Saya peluk. Tak kuasa berkata-kata. Saya kecup keningnya. Ini perpisahan yang berat.

**

Terbayang. Kamis 19 Januari 2023 sebelum duhur. Saya dikirim foto oleh Abdul Haris, foto Mas Radi duduk di kursi plastik. Depan teras rumah. Berkain sarung.

Saya segera mengajak Nina Herlina,  Agustiana dan Bu Een. Menjenguk Mas Radi. Setiba di rumahnya, saya hampiri Mas Radi yang masih duduk di kursi plastik. Berkain sarung warna coklat muda. Saya salami, Mas Radi meraih tangan saya. Mencium punggung telapak tangan saya. Saya terkejut. Saya peluk dan saling ucapkan maaf.

Saya tertegun. Selama 19 tahun bersama, baru ini hal janggal. Mas Radi mencium punggung telapak tangan saya. Ciuman tipis. Tapi ada getar yang sulit saya narasikan.

Saya berpikir, mungkin itu ekspresi yang tidak terkatakan. Kami kan sebaya. Mas Radi lahir 15 Mei 1974. Beberapa bulan lagi usianya 49 tahun. Lucu saja pakai cium tangan segala.

Saya ambil posisi duduk di kursi plastik di depan Mas Radi. Memandangi wajahnya. Betis hingga telapak kakinya yang bengkak. Ada luka kecil di betis bagian depan kaki kanannya. Sesekali lalat datang.

Kang Agus menepiskannya. Saya juga sekali ikut menepis saat lalat itu kembali datang. Kami ngobrol. Menanyakan kondisinya. Hasil kontrol lab. Mbak Indriani Susylowati, istrinya, mencari ke dalam rumah. Tapi tidak ketemu. Saya plong. Waktu diberitahu Mbak Indri, begitu kami menyapa perempuan asal Cirebon ini, bahwa gula darah, tensi dan lainnya normal. Hanya menunggu hasil cek medis lain. “Kata dokter ada gejala jantung atau ginjal. Hasilnya nanti hari Kamis,” ujar Mbak Indri.

0 Komentar