Festival Kaulinan Barudak, Bermain Tanpa Gadget, Lestarikan Permainan Tradisional

Festival Kaulinan Barudak
Mahasiswa STISIP Bina Putera Banjar bersama beberapa anak dalam kegiatan Festival Kaulinan Barudak di Situ Leutik Kota Banjar, Kamis 27 Juli 2023. (Yulianto/Radartasik.id)
0 Komentar

BANJAR, RADARTASIK.ID – Mahasiswa KKN-EPD STISIP Bina Putera Banjar melaksanakan festival kaulinan barudak.

Festival ini menggandeng puluhan anak di Desa Cibeureum Kota Banjar untuk bermain permainan anak-anak zaman dulu.

Dalam festival kaulinan barudak yang digelar di Situ Leutik itu, mahasiswa KKN-EPD STISIP Bina Putera Banjar berkolaborasi dengan warga desa untuk menghidupkan kembali permainan tradisional yang mungkin telah terlupakan oleh anak-anak masa kini.

Baca Juga:Tangkapan Ikan di Kabupaten Pangandaran Capai 442.547 Kilogram, Sejak Awal Tahun Sudah Hasilkan Rp 10 MiliarKado untuk Veteran Pejuang di Momen Kemerdekaan Republik Indonesia, TNI Bangunkan Rumah

Beberapa anak tampak melepas sandalnya bermain salah satu permainan tradisional, yakni pecle. Mereka bergembira melompat-lompat di atas garis kotak-kotak, menunjukkan keterampilan dan ketangkasan mereka.

Di sudut lain, anak-anak berjejer mengikuti permainan tradisional oray-orayan, sebuah permainan ringan yang menguji kecepatan dan ketepatan dalam mengikuti ritme irama lagu yang ditentukan.

Tawa dan sorak sorai mereka menggema di antara rumah-rumah panggung di Situ Leutik Desa Cibeureum Kota Banjar.

“Festival kaulinan barudak merupakan ajang berkumpul anak-anak desa sambil bermain permainan tradisional. Harapan dari kegiatan ini adalah untuk menghidupkan suasana pedesaan yang ramah dan hangat di tengah himpitan permainan berbasis teknologi,” ujar Ketua KKN-EPD Desa Cibeureum Alan, Kamis 27 Juli 2023.

Tak hanya permainan, kata Alan, dalam festival kaulinan barudak, anak juga diajarkan bermain alat musik tradisional yaitu angklung. Mereka bergabung dalam kelompok karawitan yang dibentuk secara spontan.

“Permainan musik tradisional ini tak hanya memperkuat kecintaan anak terhadap budaya leluhur, tetapi juga memberi kesempatan bagi bakat musik mereka untuk bersinar,” tutur Alan.

Festival Kaulinan Barudak Mengingatkan Keindahan Masa Lalu

Lebih lanjut, kata Alan, ada pula permainan perepet jengkol yang mengasah strategi dan konsentrasi. Anak-anak berdiri saling membelakangi satu sama lain, dengan posisi kaki saling berantai mengikat bertumpang pada kaki rekannya.

Baca Juga:Pasar Nanjung Sari Pantai Pangandaran Sepi Pengunjung, Banyak Pedagang Gulung Tikar50 Ribu Pohon Mangrove Bakal Ditanam di Kawasan Pantai Karang Tirta Pangandaran, Ini Fungsinya bagi Lingkungan

“Selain permainan tradisional, ada pula sudut kreativitas yang menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk menggambar, mewarnai, dan membuat kerajinan tangan. Hasil karya mereka dipamerkan. Senyuman dan keceriaan nampak dari wajah-wajah mereka yang tak terpisahkan dari layar gadget,” kata Alan.

0 Komentar