Ekspedisi Kampung Dumaring (1): Cendera Mata Pusaka Kujang Menandai Awal Perjumpaan dengan Para Tokoh Adat

Dumaring
Tim Ekspedisi Kampung Dumaring Soni Herdiawan, Tiko Heryanto, dan Sandy AW bersiap menyeberang menaiki perahu ketinting di Dermaga Apung Pelabuhan Rajanta, Kamis 3 Agustus 2023. (Radar Tasikmalaya)
0 Komentar

Menaiki ketinting mesti hati-hati. Setiap penumpang harus mampu menjaga keseimbangan biar perahu tidak oleng. Satu tempat duduk untuk seorang. Setiap penumpang berderet dari depan ke belakang. Di belakang, duduk seorang nahkoda yang mengendalikan mesin.

Waktu tempuh penyeberangan menggunakan ketinting lebih kurang 10 menit. Tim pun melakukan perjalanan darat lagi, naik mobil travel yang dikemudikan Haris, seorang pemuda Bugis. Dia semangat kerja meski belum berumah tangga.

”Harusnya sih saya ini kuliah. Tapi milih kerja aja. Lumayan juga bang, bisa meringankan beban orang tua,” timpal dia, saat mengawali perjalanan.

Baca Juga:TJSL PLN Bikin 5.425 UMK Naik Kelas, Program Rumah BUMN, Desa Berdaya, dan Pemberdayaan Kawasan Wisata Paling DominanPembagian Uang Ganti Rugi Tol Getaci di Kabupaten Garut, Ai Dapat Rp 40 Juta, Siti Terima Rp 15 Juta, Desa Karangmulya Selesai, Desa Mandalasari Harus Siap-Siap

Perjalanan darat dari Jalan Kuran ke Kampung Dumaring ditempuh 4 jam. Iya 4 jam perjalanan, untuk menuju 230 KM ke Kampung Dumaring.

Rute jalan yang ditapaki tidak semua beraspal. Cukup variatif. Mulai aspal, bebatuan, tanah dan jalan beton. Para penumpang yang tidak terbiasa harus sabar. Kanan kiri jalan berbukit. Sesekali permukiman penduduk.

Selama dalam perjalanan, tim ekspedisi menyempatkan waktu untuk makan siang. Di tengah perkampungan yang rata-rata dari Suku Dayak dan Melayu, ternyata ada juga Suku Sunda. Buktinya, tempat tim makan adalah rumah makan Sunda. Ada dua rumah makan Sunda yang berhadap-hadapan.

Sang pemilik merupakan asal Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Sudah 24 tahun tinggal di Berau dan lama tak pulang-pulang.

”Anak saya gak bisa bahasa Sunda, kang. Mangga calik,” ulas perempuan berkerudung.

Rumah makan Sunda tersebut betul-betul memperlihatkan menu khas yang tak asing di lidah tim ekspedisi dari Jawa Barat. Ada ayam goreng, semur jengkol, udang, perkedel, sayur daun singkong, sayur asam, tempe, tahu, sambal goreng tempe, lapis daging sapi, sambal, dan lain-lain. Rasanya pasti sudah tahu kan? Tidak hilang ke-Sunda-annya. Begitu juga ragam minumannya. Ada kelapa muda murni, es kelapa muda gula aren, es teler, dan aneka jus.

Usai makan siang, tim ekspedisi melanjutkan perjalanan dan tiba di mes di Jalan Mulawarman. Mes sederhana namun nyaman. Berada tepat di seberang Gereja Katolik St. Yosep Dumaring. Tim pun rehat.

0 Komentar