Ekspedisi Kampung Dumaring (1): Cendera Mata Pusaka Kujang Menandai Awal Perjumpaan dengan Para Tokoh Adat

RADARTASIK.ID, BERAU – Dumaring memanggil. Tim ekspedisi pun bergegas. Perjalanan darat, udara, dan perairan dilalui menuju daerah berjarak sekitar 2.366 kilometer dari Graha Pena Radar Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dumaring merupakan salah satu kampung di Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Kampung ini mempunyai situs cagar budaya Benteng Bagindo Raja dan Rumah Adat Dayak Pesisir.

Kampung Dumaring juga memiliki penduduk multi-etnis. Seperti Dayak Baluy, Dayak Asi’i, Dayak Asi, Dayak Basap, Jawa, Bugis, Wajo, Lembata, Adonara, dan lain-lain. Begitu juga multireligi.

Baca juga: Dua Bupati di Priangan Timur Kaya Tanpa Utang, Bupati Tasikmalaya Rp 4,9 Miliar dan Bupati Ciamis Rp 15,9 Miliar

Kampung yang berjarak sekitar 480 kilometer dari Titik Nol IKN (Ibu Kota Nusantara) itu memiliki destinasi wisata potensial. Namanya Taman Sungai Dumaring (TSD).

Nama TSD menjadi identitas yang mewakili segala potensi di Kampung Dumaring. Mulai dari kekayaan hutan, keanekaragaman hayati, masyarakat multikultur dan produk yang dihasilkan.

TSD menjadi bagian dari program konservasi hutan di bawah payung Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Panglima Jerrung. Khususnya di Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Wisata.

Radar Tasikmalaya Group terpilih untuk menjalankan kegiatan jurnalistik di Kampung Dumaring. Mengingat lokasi, multi-etnis, multireligi, dan keadaan alamnya, program ini menjadi tantangan tidak mudah. Butuh mental. Juga kesadaran akan tanggung jawab risiko jurnalis.

Tim Ekspedisi Kampung Dumaring pun dibentuk. Terdiri dari tiga orang: Tiko Heryanto sebagai koordinator, Soni Herdiawan dan saya.

Menjalankan tugas liputan ke daerah yang jarak tempuhnya bisa memakan waktu kurang lebih 66 jam menggunakan perjalanan darat dan laut, tidak bisa serta-merta berangkat begitu saja. Butuh riset.

Bang Tiko—panggilan akrab Tiko Heryanto—menjalankan tugas riset ala jurnalis terlebih dahulu sebelum membawa tim ke Kampung Dumaring. Bang Tiko berangkat seorang diri untuk menelusuri dan mengenal keadaan geografi, iklim, demografi, adat, agama, budaya, dan kekayaan alam di salah satu kampung di Tanah Borneo itu.

Dua pekan dilalui dalam riset. Sekaligus liputan awal tentang Kampung Dumaring. Bang Tiko kembali ke Tanah Jawa untuk mengurai hasil penelusuran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *