Bule Republik Ceko Ini Ajari Para Pejabat Pemkot Tasikmalaya Cara Kelola Sampah

ceko
Lukas Fort, bule asal Republik Ceko menjelaskan soal pengelolaan sampah di hadapan para pejabat Pemkot Tasikmalaya, di Sekretariat Komunitas Cermin, Rabu (13/3/2024).
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Seorang pemerhati lingkungan dan sosial asal Republik Ceko bernama Lukas Fort, berdiskusi tentang pengelolaan sampah di Kota Tasikmalaya.

Kegiatan itu dihadiri Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, hingga Plt Bappelitbangda, di Sekretariat Komunitas Cermin Tasikmalaya pada Rabu, 13 Maret 2024.

Lukas Fort adalah lulusan PhD dari School of Social Sciences di University of Western Australia.

Baca Juga:UPTD Dadaha Tarik Retribusi dari Jukir Tak Resmi untuk Kejar Target PADSMPN 2 Singaparna Ingin Kuatkan Kembali Pendidikan Pancasila

Demi Mengejar Adipura, Petugas Kebersihan di Kota Tasikmalaya Ini Lembur Bersihkan Sampah Sampai Meriang dan Tangan Kebas

Tesis doktoralnya membahas peran budaya dan keadilan sosial dan lingkungan dalam pengembangan layanan pengelolaan sampah baru di Sumbawa, Indonesia.

Ia adalah pemenang John Legge Prize 2022 untuk tesis terbaik dalam Studi Asia di seluruh Australia.

Dalam kesempatan itu, Lukas menyampaikan pentingnya membangun kerjasama dengan budaya kelola sampah yang baik.

Penuh Sampah, Sungai Citonjong Pangandaran Dibersihkan

Diketahui sebelum berdiskusi, mereka menonton bersama tentang film dan dokumenter soal sampah yang sudah menjadi masalah serius di Indonesia.

Namun, Lukas mengatakan dengan banyaknya komunitas pecinta alam hingga aktivis lingkungan di Kota Tasikmalaya, harusnya jadi satu kekuatan yang dimiliki Kota Resik ini.

“Di sini komunitasnya banyak ya, enak juga bisa banyak berdiskusi,” ucapnya.

Baca Juga:Siswa MAN 2 Tasikmalaya Ini Berhasil Juarai Lomba Membaca BeritaLewat Pendidikan Bela Negara, Unsil Tasikmalaya Ingin Cetak Agen Pembangunan yang Tangguh

50,2 Km Jalan di Garut Pakai Aspal Campur Sampah Plastik, Bakal Lebih Awet?

Padahal kebersihan tidak kalah penting dalam pembangunan yang sebenarnya disebut Lukas tak memerlukan banyak biaya. Semua bergantung pada kemauan dan kesadaran.

“Memang enak membangun infrastruktur yang lain, kereta cepat misalnya. Padahal budaya dalam buang sampah yang teratur itu juga tidak menghabiskan banyak uang. Karena sampah itu hal-hal yang stigmatis kotor,” terang Lukas.

0 Komentar