Atasi Kelangkaan Pupuk Kimia Beralih ke Pupuk Organik, Petani Asal Kabupaten Tasikmalaya Dapat Untung

kelangkaan pupuk kimia
Toto, petani sayuran dari Desa Sukahening Kabupaten Tasikmalaya, sukses dalam bertani sayuran menggunakan pupuk organik. (Fitriah Widayanti/Radartasik.id)
0 Komentar

Saat ini, ia mulai menanam pohon mentimun dan beberapa jenis cabai. Dalam satu kali panen ia mampu menghasilkan 22-25 kilogram mentimun. 

Sementara untuk tanaman cabai, ia baru mampu memanen dua kilogram saja lantaran lahan yang digunakan untuk cabai hanya sebagian kecil dari luas lahan keseluruhan.

”Alhamdulillah kemarin ada yang ngambil, pedagang yang biasa keliling. Daripada ga laku kan mending dijual ke pemborong. Kalau cabe dijual ke toko sayuran yang di sana,” ujarnya.

Baca Juga:Penyuluh Pertanian Sukahening Tasikmalaya Tanggapi Keluhan Kuota Kartu Tani Kerap KosongUsaha Pembuatan Kompor Mini Selamatkan Kokom dari Kebangkrutan

Toto mengungkapkan menanam pohon mentimun lebih menyenangkan dibanding menanam sayuran lainnya karena masa tanamnya lebih cepat.

Masa tanam pohon mentimun sendiri biasanya selama 40 hari dan bisa dipanen kapan saja. 

Satu pohon mentimun biasanya bisa dipanen sebanyak 15 kali sebelum akhirnya pohonnya dibarukan kembali.

”Makanya kenapa sebagian udah berbuah sedangkan bagian lainnya baru mulai tanam, itu karena biar kalau misalkan yang sebagian udah ga produktif langsung digantikan sama bagian yang lainnya,” ungkapnya.

Untuk saat ini ia belum memasarkannya ke pasar-pasar tradisional lantaran harga jualnya yang rendah dan kurang menguntungkan bagi petani. 

”Ke pasar lebih murah. Terus kalau ke pasar biasanya mintanya yang kecil-kecil yang masih muda. Ga mau yang gede-gede. Kalau kemarin mah ke pedagang keliling yang besar yang kecil juga diangkut,” kata dia.

Selain digunakan untuk tanaman sayuran, pupuk organik juga ia aplikasikan pada tanaman padi di sawah miliknya. 

Baca Juga:PPK Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Bantah Dugaan Penggelembungan SuaraMenikmati Wisata Alam Curug Badak Batu Hanoman, Air Terjun di Tengah Hutan Pinus

”Ke sawah juga suka pake. Cuma kalau ke sawah ga langsung. Kalau misal musim sekarang abis panen terus dikasih pupuk organik, paling bagusnya nanti musim berikutnya,” katanya.

Terkait penggunaan pupuk organik sendiri ia mengaku tidak ada kendala hanya saja ia masih kebingungan untuk memasarkan hasil panen yang ia dapat. 

Selama ini jika tidak ada pemborong, hasil panennya dijual ke tetangga sekitar rumah dengan harga yang lebih murah dibanding harga pasar. (*)

0 Komentar