Amblasnya Trotoar di Jalan Empang Kota Tasikmalaya Menyingkap Tabir, Saluran Air Jadi Korban

trotoar amblas di tasikmalaya
warga menunjukkan saluran air yang tertutup trotoar dan bangunan di Jalan Empang. (Ayu Sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Ambruknya trotoar di Jalan Empang, kawasan Pasar Mambo, Kelurahan Yudanegara, Kecamatan Cihideung, awal pekan ini membuka kenyataan baru tentang kondisi infrastruktur di pusat kota Tasikmalaya.

Di bawah lapisan beton selebar tiga meter yang runtuh itu, ternyata mengalir saluran irigasi lama, tertutup lumpur dan sampah, yang selama ini tidak banyak diketahui publik.

Peristiwa yang terjadi pada Senin malam (27/10/2025) itu berlangsung di tengah hujan deras. Beton trotoar yang lapuk amblas, membentuk lubang sedalam lebih dari satu meter.

Baca Juga:Warga Sinagar Kabupaten Tasikmalaya Gelar Doa Bersama untuk Endang JutaUsai Dilimpahkan ke Kejari Bandung, Bos Pasir Galunggung Kini Dititip di Lapas Kebonwaru

Tanah di bawahnya tergerus air hingga menyebabkan sebagian permukaan jalan retak dan rawan dilewati warga.

Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kota Tasikmalaya, Hery Nugraha, menyebut trotoar di kawasan tersebut tidak termasuk dalam daftar ruas prioritas perbaikan tahun ini.

“Yang itu (Jalan Empang) tidak masuk,” ujarnya, Kamis (30/10/2025).

Namun, temuan adanya aliran air di bawah trotoar itu menimbulkan pertanyaan. Kawasan di atasnya selama ini telah dipenuhi deretan toko dan bangunan permanen, sebagian berdiri tepat di atas jalur irigasi.

Kondisi ini, menurut aktivis sosial-lingkungan Fathurochman, menunjukkan lemahnya pemetaan kawasan dan pengawasan tata ruang di wilayah perkotaan.

“Yang tampak bukan sekadar trotoar rusak. Ini memperlihatkan bahwa di bawahnya ada aliran air yang semestinya tidak ditutup atau dibebani bangunan. Pemerintah harus memetakan ulang kawasan ini secara serius,” ujarnya kepada Radar, Jumat (31/10/2025).

Ia menilai, kerusakan itu menjadi simbol dari kurangnya koordinasi antarinstansi, terutama antara DPUTR dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Padahal, DLH telah mempublikasikan data Sub DAS dan Mikro DAS Kota Tasikmalaya sejak 2019–2020 di portal Open Data.

Jika koordinasi dilakukan sejak saat itu, menurutnya, pengerukan sedimentasi dan perbaikan drainase bisa lebih cepat dikerjakan sebelum curah hujan tinggi datang tahun ini.

Baca Juga:Masih Tak Percaya Bos Pasir Galunggung Ditahan, Netizen: Maenyak Loba Duit Dipenjara?Sindiran Gubernur Jabar untuk Pangandaran: Wajah Bupati Glowing Tapi Wilayahnya Banyak Sampah Berserakan

“DPUTR seharusnya melihat bagaimana DLH sudah memetakan Sub DAS dan Mikro DAS sejak lama. Kalau itu dikolaborasikan, genangan air bisa dicegah dan tekanan air bawah tanah tidak akan separah sekarang,” katanya.

0 Komentar