TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Pengamat perempuan turut bersuara mengenai kasus yang terjadi di Universitas Negeri Siliwangi (Unsil).
Mereka mengapresiasi keberanian mahasiswa untuk speak up soal kasus yang terjadi.
Namun juga mengkritisi pendapat sebagian akademisi yang dinilai kurang etis untuk diungkapkan dalam menanggapi kejadian itu.
Salah satunya Direktur DEEP Indonesia, Neni Nurhayati.
Baca Juga:Masa Jabatan Kepala Daerah dan DPRD Berpotensi Diperpanjang Jika Pemilu Pusat dan Daerah DipisahMAN 1 Tasikmalaya Turut Meriahkan Kegiatan Peaceful Muharram 1447 H
Menurutnya, keberanian mahasiswa khususnya para korban untuk speak up adalah langkah penting dalam memutus rantai kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan.
“Sebetulnya saya apresiatif ketika ada mahasiswi yang jadi korban dan mau speak up. Untuk bisa speak up butuh keberanian luar biasa. Apalagi harus berani untuk melakukan perlawanan,” ujarnya kepada Radar, Jumat 4 Juli 2025.
Ia mendorong agar kasus tersebut diusut tuntas dan menjadikannya sebagai momentum pembenahan menyeluruh di lingkungan kampus.
Mulai dari sistem pelaporan hingga perubahan cara pandang dosen dan mahasiswa tentang kekerasan seksual.
“Saya mendorong kasus ini diusut tuntas dan kita melakukan pembenahan baik secara sosialisasi terutama kepada dosen kemudian juga mahasiswa. Bagaimana ketika dapat perlakuan kekerasan seksual mau menyampaikan dan ada pendampingnya dan tidak perlu takut,” tandasnya.
Di luar itu, ia menyayangkan tanggapan sebagian dosen dari luar kampus mengenai kejadian tersebut. Pendapat kalangan akademisi dari kalangan laki-laki tersebut menurutnya menunjukkan kekeliruan dalam berpikir.
“Saya sangat menyayangkan sekali atas komentar yang disampaikan oleh dosen, di mana mahasiswa menggoda. Ini kan jadi logical fallacy. Harusnya tidak berpikir seperti itu kan, dan harusnya kita berpihak kepada korban ya dibandingkan kepada pelaku,” tegas Neni.
Baca Juga:Warga Karanunggal Kabupaten Tasikmalaya Pertanyakan Modal BUMDes yang Dibekukan!Kadishub Kota Tasikmalaya Sudah Tak Fokus, Ring 1 yang Sebut Jalan SL Tobing Kewenangan Pemprov Jabar!
Pendapat serupa diungkapkan Direktur Taman Jingga yang juga Pengamat Perempuan dan Anak.
Ipa menyebut opini tentang mahasiswa yang bisa jadi cobaan bagi dosen kurang tepat. Sebab penampilan menarik seseorang merupakan bagian dari ekspresi diri yang sehat.
“Penyebab kekerasan seksual itu bukan karena korban menarik atau tidak. Penampilan menarik adalah ekspresi diri yang sehat, bukan pemicu kejahatan. Ketika kita mulai menyalahkan pakaian, tubuh, atau wajah korban, kita sedang melanggengkan cara berpikir misoginis yang menempatkan perempuan sebagai sumber masalah,” kata Ipa.