BANDUNG, RADARTASIK.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Pasundan (Unpas) menyoroti dinamika konflik yang terus memanas antara Iran vs Israel.
Isu yang diangkat dalam forum akademik ini memancing pertanyaan mendasar terkait motif perang tersebut, apakah dilandasi geoideologi, geopolitik, atau geoekonomi.
Perhatian BEM Unpas ini muncul setelah peristiwa sehari pasca-gencatan senjata, ketika Israel justru kembali melancarkan serangan ke Palestina di wilayah Gaza.
Baca Juga:Pemprov Jabar Punya Utang Rp 330 Miliar ke BPJS Kesehatan, di Mana Letak Masalahnya?Anggota DPRD Jabar Dapil Tasikmalaya Minta Sekda dan Wagub Jawa Barat Perbaiki Komunikasi
Serangan ini menewaskan hampir seratus warga sipil, memunculkan keraguan akan niat baik di balik gencatan senjata tersebut.
Dalam seminar bertajuk ”Perang Iran vs Israel: Memahami Konflik dan Membangun Perspektif Mahasiswa” yang digelar pada Kamis, 26 Juni 2025, Prof Dr Anton Minardi SIP SH MAg, dosen Hubungan Internasional Unpas, menguraikan, jika perang Iran melawan Israel benar-benar dilatarbelakangi motif ideologi, semestinya tidak ada gencatan senjata.
Terlebih, Anton menilai Iran disebut-sebut hampir memenangkan konflik tersebut.
Ia juga menegaskan, inisiatif gencatan senjata justru datang dari Amerika Serikat.
Anton memaparkan, bila Amerika benar-benar ingin membela Israel, seharusnya negara adidaya itu mengerahkan segala kekuatan militernya.
Ia mengingatkan, Amerika memiliki persenjataan nuklir terbanyak di dunia dan pasukan yang tersebar di Timur Tengah dalam jumlah besar.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan setelah pangkalan militer Amerika diserang oleh Iran, negara tersebut malah mengajukan permintaan gencatan senjata. ”Ada apa ini?” tanya Anton.
Lebih jauh, Anton mempertanyakan sikap Iran.
Menurutnya, jika Iran sungguh tulus membela Palestina, seharusnya negara itu tidak menerima tawaran gencatan senjata dari Amerika dan Israel.
Baca Juga:Boom Sale, Azko Citimall Garut Hadirkan Promo Cashback Hingga Rp 3 JutaLiburan di Yogyakarta Tetap Asyik! Naik Kereta Gantung Waterboom Jogja hingga Menembus Labirin Teras Merapi
Ia menyoroti, perlawanan Iran terhadap Israel justru baru dimulai jauh setelah Israel menggempur Gaza dan menyebabkan lebih dari 60 ribu korban jiwa.
Pendiri LBH Ansharullah ini berpendapat, baik Iran maupun Amerika sama-sama memiliki kepentingan geopolitik dan geoekonomi di balik konflik ini.
Dari sisi geopolitik, konflik ini dinilai turut mendongkrak posisi kepemimpinan Iran di kawasan Timur Tengah sekaligus meningkatkan simpati masyarakat muslim dunia.
Sementara itu, dari perspektif geoekonomi, Anton menyebut, fasilitas sumber daya minyak dan gas di kawasan tetap aman, dan pasar ekonomi global juga tidak terganggu.