Komunitas Sahabat Sejalan dan HMI Unsil Kolaborasi Membangun Kesadaran Sosial di Tengah Kota Tasikmalaya

makeup
Sejumlah mahasiswa saat membagikan makanan kepada warga pemerlu perhatian sosial di sejumlah titik pusat kota, Sabtu (21/6/2025) sore. (IST)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Anak-anak tanpa alas kaki, ibu-ibu menggendong bayi di pinggir trotoar, hingga lelaki renta yang duduk diam memegang kardus menjadi potret keseharian yang kerap luput dari empati.

Mereka bukan sekadar pemandangan di pinggir jalan, mereka adalah potret kegagalan kolektif dalam mewujudkan janji konstitusi: hak hidup layak bagi seluruh warga negara.

Di tengah hiruk pikuk kota yang kadang tak peduli, Sabtu (22/6/2025), sekelompok anak muda mencoba menyalakan lilin kecil di tengah gelapnya kenyataan.

Baca Juga:7,3 Juta Peserta PBI JKN Dinonaktifkan, Pemerintah Pastikan Pengganti dari Warga MiskinParah! Dua Pemuda di Kota Tasikmalaya Ini Sembunyikan 4 Dus Miras di Mushola

Kolaborasi antara Komunitas Sahabat Sejalan dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Unsil Cabang Tasikmalaya menghadirkan program bertajuk ‘Dari Jalanan, Kembali Membuka Sebuah Harapan’.

Mereka menyasar empat titik strategis, yakni Masjid Agung, Jalan Dokar, Alun-Alun, dan sekitaran Pasar Lama.

“Target utama anak jalanan serta kaum lansia prasejahtera, sebanyak 100 box makanan dibagikan sebagai wujud kepedulian sekaligus riset kebutuhan mereka,” ujar Penggerak Komunitas Sahabat Anak dan Lansia Jalanan (Sahabat Sejalan), M Jausan Kamil kepada Radar, Minggu (22/6/2025).

Bagi Jausan dan rekan-rekannya, ini bukan sekadar aksi bagi-bagi nasi kotak. Mereka ingin memahami lebih dalam luka-luka diam yang sering tak terdengar.

Melalui program ini, komunitas dan mahasiswa berharap dapat meriset kebutuhan riil di lapangan. Sehingga ke depan, program bantuan bisa lebih menyentuh sasaran, bukan hanya sekadar catatan laporan kinerja.

“Aksi kecil ini menjadi sinyal kuat bahwa perubahan bukan soal besar kecilnya langkah, tapi kemauan untuk peduli. Sebab pada akhirnya, mereka bukan beban. Mereka adalah kita,” tegas Jausan.

Di sudut lain aksi, semangat yang sama bergelora. Ketua Umum HMI Komisariat Unsil, Zilzia Fahreza, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar aksi berbagi, melainkan bentuk perlawanan terhadap sistem yang kerap mengabaikan kelompok rentan.

Baca Juga:Terkait Perpanjangan Jabatan Sekda Tasikmalaya, Ade Menandatangani, Cecep Akan Mengevaluasi!Sekolah Swasta di Priangan Timur Bingung Soal Teknis Sekolah Gratis yang Diputus Mahkamah Konstitusi

“Berapa triliun anggaran digelontorkan untuk KIP, makan bergizi gratis, rehab sekolah? Tapi apakah anak jalanan pernah benar-benar merasakannya?” singgung Zilzia, getir.

Baginya, ketimpangan ini tak lepas dari ego sektoral dalam birokrasi. Di atas kertas, program-program pemerintah tampak gemerlap. Tapi di jalanan, kenyataan berbicara lain.

0 Komentar