TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID — Dugaan pencemaran Sungai Ciwulan yang sempat menghebohkan warga dengan temuan ribuan ikan mati, kini memunculkan gejala baru yang lebih mengkhawatirkan. Sejumlah warga Kampung Adat Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya dilaporkan mulai mengalami gangguan kesehatan berupa gatal-gatal setelah menggunakan air sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari.
Kepala Puskesmas Salawu Wilianto AMd KG SKM MAP mengungkapkan bahwa tim kesehatan telah menerima laporan dari warga mengenai keluhan tersebut. Menurutnya, gejala gatal-gatal mulai dirasakan sejak beberapa hari terakhir, terutama oleh warga yang mandi atau mencuci menggunakan air dari Sungai Ciwulan.
“Kami sudah mengambil tiga sampel air untuk diuji di laboratorium. Sampel tersebut berasal dari bak penampungan milik warga, aliran Sungai Ciwulan, serta titik lokasi tempat ribuan ikan mati dua pekan lalu,” jelas Wilianto, Selasa 17 Juni 2025.
Baca Juga:Tubuh Mengingat Segalanya: Eksperimen Terapi Alternatif BCR Gunakan EEG untuk Ukur EfektivitasAnggaran Minim, Dinas PUTRLH Kabupaten Tasikmalaya Tetap Laksanakan Perbaikan Jalan
Ia menambahkan, pengujian difokuskan pada dua parameter utama, kadar bakteriologis dan kandungan zat kimia. Hasil laboratorium tersebut diharapkan keluar sekitar pukul 13.00 WIB pada Selasa, 18 Juni 2025.
“Selain itu, hari ini juga dilakukan pengambilan sampel air oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya, termasuk dari wilayah hilir yang diduga menjadi sumber pembuangan limbah, yaitu kawasan industri pengolahan kulit di Cigangsa, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut,” kata Wilianto.
Ia menyebutkan bahwa tim medis sudah diterjunkan ke lokasi terdampak untuk memberikan penanganan awal kepada warga. Tim tersebut terdiri dari dokter, perawat, tenaga farmasi, dan petugas surveilans.
“Kami lakukan pendekatan jemput bola karena masalah ini menyangkut kesehatan masyarakat secara langsung. Tim kami telah melakukan pemeriksaan langsung ke rumah-rumah warga di Kampung Adat Naga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Desa Neglasari, Sobirin, membenarkan bahwa keluhan warga semakin meningkat sejak peristiwa kematian ikan secara massal.
“Warga kami yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan mandi dan mencuci mengeluhkan gatal-gatal. Kami khawatir jika ini dibiarkan tanpa penanganan cepat, bisa menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius,” ujarnya.