PANGANDARAN, RADARTASIK.ID – Pernyataan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang menyebut Kabupaten Pangandaran dalam kondisi ”setengah sekarat” menuai kontroversi dan memicu reaksi beragam dari masyarakat.
Sebagian warga memang mengamini penilaian tersebut, namun tidak sedikit pula yang menilai ucapannya terlalu satir dan tidak membangun.
Salah satu kritik tajam datang dari aktivis Komunitas Rumah Perjuangan 145 Pangandaran, Asep Saepudin.
Baca Juga:Siapa yang Siap Menduduki? 5 Kursi Jabatan Kadis dan 30 Jabatan Eselon III di Pangandaran Masih KosongHarus Diobati! BKAD Bikin Strategi untuk Menyehatkan Keuangan Pangandaran
Ia menilai pernyataan Dedi Mulyadi sebagai bentuk komunikasi yang tidak bijak dan cenderung merendahkan martabat masyarakat Pangandaran.
Menurutnya, ucapan tersebut berpotensi menimbulkan persepsi negatif dan bahkan bisa memecah belah masyarakat.
Asep juga menyayangkan cara penyampaian sang gubernur yang dalam salah satu video tampak melontarkan berbagai stigma negatif terhadap sejumlah kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Ia menilai, seorang pemimpin di tingkat provinsi seharusnya mampu menjadi sumber semangat dan motivasi, bukan justru melemahkan daerah-daerah yang tengah menghadapi berbagai tantangan pembangunan.
Lebih lanjut, Asep mempertanyakan rekam jejak kepemimpinan Dedi Mulyadi.
Ia menyoroti, jika gaya komunikasi seperti itu dibalas dengan kritik serupa, publik bisa saja mulai mempertanyakan kredibilitas dan capaian nyata dari sosok Dedi Mulyadi selama menjabat, baik ketika menjadi Bupati Purwakarta maupun dalam jabatan strategis lainnya.
Ia bahkan meragukan apakah citra positif yang ditampilkan Dedi Mulyadi di media sosial mencerminkan realita di lapangan. ”Mungkin saja Dedi Mulyadi hanya baik di konten media sosial saja, belum tentu fakta dan realita nyatanya,” ungkapnya, Kamis, 12 Juni 2025.
Dalam pandangannya, Dedi Mulyadi seharusnya menunjukkan sikap kenegarawanan dengan meminta maaf secara terbuka, baik melalui media sosial maupun secara langsung, atas pernyataan yang dianggap melukai harga diri kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Baca Juga:Pendaftaran Online SPMB 2025 di Pangandaran Alami Gangguan, Orang Tua Datang Langsung ke Sekolah Tambang Galian C Ilegal di Kabupaten Pangandaran Masih Beroperasi, Warga Menyuarakan Keprihatinan
Menurut Asep, ucapan yang bernada ”bullying” semacam itu bukan hanya berisiko menimbulkan kegaduhan, tetapi juga bisa mengganggu fokus pemerintah daerah dalam membangun dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Asep juga menegaskan, jika Dedi Mulyadi memang memiliki visi dan misi pembangunan yang jelas, seharusnya ia fokus menciptakan terobosan nyata untuk membantu kabupaten dan kota keluar dari kondisi stagnasi ekonomi.