Mengapa Oaktree Sukses di Inter Milan, Sementara RedBird Buat AC Milan Makin Terpuruk?

Inter Milan
Ilustrasi logo Inter Milan Tangkapan layar X
0 Komentar

RADARTASIK.ID –Inter Milan tengah bersiap menghadapi partai puncak Liga Champions melawan PSG pada 1 Juni mendatang di Jerman.

Final ini terasa istimewa, karena menjadi yang pertama sejak Oaktree Capital Management mengambil alih klub dari tangan keluarga Zhang.

Di tangan Oaktree, arah Inter berubah signifikan, bukan lewat revolusi besar-besaran, tapi lewat penataan yang rapi dan strategis, baik secara finansial maupun olahraga.

Baca Juga:Gasperini Selangkah Lagi Gabung AS Roma: Dovbyk, Paredes dan Dybala Terancam DibuangAdriano Galliani Ramal 5 Tim Papan Atas Serie A akan Ganti Pelatih

Sementara itu, AC Milan justru terlihat mengalami penurunan performa sejak RedBird Capital menguasai saham mayoritas klub pada 2022.

Dua pendekatan yang sama-sama mengandalkan dana investasi, tapi hasilnya sangat berbeda di lapangan dan laporan keuangan.

Langkah pertama Oaktree saat mengambil alih Inter jelas: memperbaiki keuangan klub tanpa mengganggu stabilitas tim.

Mereka tak merombak total struktur yang sudah ada, justru mempercayakan manajemen kepada sosok-sosok berpengalaman seperti Giuseppe Marotta, Piero Ausilio, dan Dario Baccin.

Dalam prosesnya, Oaktree tetap hadir aktif dalam pengambilan keputusan strategis, namun tidak mencampuri urusan teknis sehari-hari.

Keputusan ini terbukti jitu. Inter sukses menembus dua final Liga Champions dalam tiga tahun, meraih Scudetto ke-20 pada 2024, dan memperbaiki kondisi keuangan secara signifikan.

Pendapatan klub melonjak hingga 473 juta euro dan kerugian ditekan hingga hanya 36 juta euro.

Target impas 2025 kini bukan sekadar ambisi, melainkan tujuan yang terjangkau.

RedBird: Ambisius, tapi Terlalu Campur Tangan

Baca Juga:Daftar Pemain AC Milan yang Akan Dibuang Allegri Jika Jadi Pelatih RossoneriItaliano Bertahan di Bologna, AC Milan Tawari Allegri Gaji Rp105 Miliar

Berbeda dengan Inter, RedBird datang ke Milan dengan semangat membangun brand global dan efisiensi finansial.

Namun pendekatan yang mereka pilih justru mengguncang stabilitas tim.

Salah satu keputusan paling kontroversial adalah memecat Paolo Maldini dan Frederic Massara, dua tokoh penting yang membangun fondasi skuad juara Serie A 2022.

Setelah itu, kebijakan transfer Milan menjadi lebih agresif dalam membeli pemain muda dan menjual pemain kunci seperti Sandro Tonali.

Hasilnya? Milan tereliminasi lebih awal di Liga Champions 2023/2024 dan gagal lolos ke ajang tersebut musim depan.

Performa di lapangan tidak selaras dengan ambisi besar di luar lapangan.

Oaktree memilih jalan tenang: mempercayai struktur lama, menanam investasi yang terukur, dan fokus pada keberlanjutan.

0 Komentar