American Style RedBird Gagal Total: Sindiran Cardinale ke Inter Jadi Senjata Makan Tuan Bagi Milan

Gerry Cardinale
Gerry Cardinale Foto: Tangkapan layar Instagram
0 Komentar

RADARTASIK.ID – Saat Gerry Cardinale menyindir Inter Milan soal kemenangan yang berujung kebangkrutan, ia mungkin tak membayangkan pernyataannya akan menjadi senjata makan tuan bagi klubnya, AC Milan.

Dalam sebuah editorial tajam di Calciomercato, jurnalis Andrea Distaso menguraikan bagaimana sindiran Cardinale itu kini justru mencerminkan kegagalan Milan sendiri, baik secara manajerial maupun di atas lapangan.

Empat bulan setelah Harvard Business School merilis studi tentang cara RedBird mengelola AC Milan, situasi di klub justru memburuk.

Baca Juga:Szymon Marciniak: Wasit Pendukung Madrid yang Dibenci Inter Milan dan BarcelonaSambutan Curva Sud AS Roma Bikin Edoardo Bove Menangis di Olimpico

Dalam wawancara yang dikutip dalam studi itu, Cardinale mengatakan, “Inter memenangkan Scudetto tahun lalu dan kemudian bangkrut. Apakah ini benar-benar yang kita inginkan?”

Sebuah pertanyaan retoris yang kala itu terdengar meyakinkan, tapi kini terasa naif jika melihat pencapaian rival sekota tersebut.

Cardinale sejatinya ingin menekankan filosofi manajemen khas Amerika: pencapaian jangka panjang yang sejalan dengan stabilitas keuangan.

“Bagi fans, saya harus memenangkan liga setiap tahun. Tapi bagi investor saya, tugas saya adalah menjaga Milan tetap bersaing di papan atas, masuk Liga Champions setiap musim, dan terus berkembang,” ujarnya kala itu.

Namun menurut Distaso, pendekatan tersebut justru gagal terwujud di Milan.

Jika Inter, dengan segala keterbatasan finansial akibat krisis Suning Group, mampu membangun tim kompetitif yang konsisten dan kini semakin kokoh secara ekonomi, Milan justru tersandung dengan pendekatan bisnis yang terlalu teoritis dan minim sentuhan lapangan.

Kunci sukses Inter? menurut Distaso adalah sosok seperti Beppe Marotta.

Penunjukan direktur berpengalaman dalam ekosistem sepak bola Italia terbukti jadi langkah strategis.

Di tangan Marotta, Inter bisa membentuk skuad yang kompetitif tanpa jor-joran belanja, melalui strategi yang cerdas seperti merekrut pemain gratis atau memanfaatkan peluang pasar.

Baca Juga:Liga Champions Musim Depan Belum Dimulai, Inter Sudah Kantongi Duit FantastisSihir Ranieri Bawa AS Roma Selangkah Lagi ke Liga Champions

Hasilnya, mereka sukses menjaga stabilitas finansial sekaligus meraih prestasi di lapangan.

Coba Bandingkan dengan Milan.

Meski disiplin dalam menjaga neraca keuangan dengan mengalihkan investasi ke pemain muda potensial dan memangkas gaji membuat manajemen klub justru mengabaikan satu elemen kunci: kepemimpinan sepak bola.

0 Komentar