Putusan Otak

Putusan Otak
Dahlan ISkan
0 Komentar

Tapi para penyelidik tidak percaya. Kecuali Trump melubangi kepalanya, lalu mengambil bagian otaknya yang memutuskan itu, untuk diserahkan ke FBI. Sebagai barang bukti. Cuilan otak itulah barang bukti bahwa ia sudah membuat keputusan.

Tentu Trump tidak mau melubangi kepalanya. Ia hanya berargumen. Sebagai taktik mengulur waktu. Dan lagi Trump memang punya hobi mengabaikan bukti. Tuduhannya bahwa pemilu curang tanpa bukti. Tuduhan bahwa Presiden Biden mencuri suara tanpa bukti. Tuduhan Obama tidak lahir di Amerika tanpa bukti.

Juga pekan lalu. Seminggu sebelum ia mengatakan ”sudah membuat keputusan di dalam pikiran”. Ia melontarkan tuduhan baru pada FBI: penyelidik sengaja membawa dokumen rahasia ke rumahnya, lalu ditaruh di situ, untuk kemudian disita sebagai barang bukti.

Baca Juga:Transaksi Sabu di Gang Diringkus14 Anggota Baru HMI Ikuti Training

Pengikut Trump pun percaya itu. Rupanya mereka percaya FBI sudah meniru praktik polisi di negara pewayangan. Pengikut Trump, Anda sudah tahu: sangat fanatik dan militan. Bahkan Trump, pekan lalu, mengancam: kalau soal dokumen ini ia dijadikan tersangka, pengikutnya tidak akan bisa menerima. Mereka akan menjadi ancaman keamanan. Maksudnya: mereka akan mengamuk di jalan-jalan.

Pekan lalu FBI memang terlihat sudah akan melangkah ke sana. Trump juga tahu. Maka ia mencari jalan memutar. Ia minta ke pengadilan: agar diangkat dulu penilai independen. Penilai independenlah yang akan menentukan apakah dokumen itu rahasia atau bukan. Ia tidak mau polisi yang menentukan. FBI sudah ia anggap bermain politik.

Amerika hebat. Di bidang penegakan hukum. Lihatlah apa kata pengadilan. Permintaan Trump itu dikabulkan.

Penegakan hukum begitu diutamakan di sana. Pun ketika harus lebih rumit dalam menghadapi tokoh sekelas mantan Presiden Donald Trump.

Hukum dan demokrasi memang berjalan seiring di sana. Karena itu bisa menjadi negara adil dan maju. Ketidakadilan masih terjadi di sana. Tapi punya cara penyelesaian hukum yang sangat tegak.

Saya menilai hukum dan demokrasi itu ibarat roda depan dan belakang di sebuah mobil. Kalau pun mesin mobil itu mogok masih bisa didorong. Tapi, tanpa ban ia hanya onggokan besi.

0 Komentar