Petaka Senyap di Perlintasan Kereta

Petaka Senyap di Perlintasan Kereta
0 Komentar

Warga yang suka berjaga di perlintasan biasanya hanya sampai pukul 01.00 atau 02.00 WIB. Sementara peristiwa maut itu terjadi sekitar pukul 04.00 saat warga sudah bubar. ”Ya lagi istirahat lah,” ucap pria yang juga sering ikut menjaga perlintasan itu.

Menurut Ajo, perlintasan tanpa penjagaan PT KAI itu memang rawan. Namun di sisi lain, sebelumnya kondisi masih aman-aman saja tanpa ada kecelakaan. ”Ini pertama kali kejadian,” katanya.

Kanit Gakkum Sat Lantas Polres Tasikmalaya Kota Ipda Ipan Faisal mengonfirmasi ada empat korban yang masih usia pelajar atau mahasiswa dalam kecelakaan itu.

Baca Juga:Berhasil Ubah Wajah KotaOrang Bengkulu Nakhodai Kota Tasik

Dari posisi korban, mobil tersebut dikemudikan oleh Mulaqi Robbi Muflihin. Sementara tiga korban lainnya duduk di kursi penumpang.

Pihaknya sempat kesulitan mengevakuasi korban karena kondisi mobil ringsek. Bagian-gagian mobil yang rusak menghalangi bahkan menjepit tubuh korban. ”Setelah kita upayakan terus akhirnya bisa dievakuasi,” ucapnya.

Setelah dievakuasi, Rizki Rahmatulloh yang kodnisinya parah menghembuskan napas terakhirnya sebelum sampai di RSUD. Sementara Robbi meninggal sekitar pukul 05.30 di RSUD dr Seokardjo.

Sekitar pukul 08.15, Alif yang kondisinya terus memburuk juga wafat di rumah sakit. Sementara untuk Aslan kondisinya pun kritis dan ditempatkan di ruang ICU dan rencananya akan menjalani operasi. ”Dipersiapkan untuk operasi besok,” ucap Wadir Pelayanan RSUD dr Soekardjo dr Titie Purwaningsari.

Orang tua dan keluarga korban berdatangan ke RSUD dr Soekardjo. Raut kesedihan tak bisa mereka sembunyikan mendapati kondisi para korban, khususnya yang meninggal dunia.

Orang tua Alif yang merupakan salah satu korban meninggal, Taufik (50) tidak bisa banyak menjelaskan ketika ditanya. Menurut dia, kecelakaan tersebut terjadi saat mereka melakukan perjalanan pulang dari wisata pemandian Citiis Galunggung. ”Anak saya pulang dari Citiis Galunggung,” ujarnya.

Sabtu sekitar pukul 20.30 Alif pamit kepada orang tuanya untuk ke tempat wisata itu. Taufik tidak menyangka interaksinya dengan sang anak itu menjadi pamitan untuk pergi selama-lamanya.

Baca Juga:Merawat Sejarah, Menangkal KlenikTengah Periode

Meski tidak memungkiri rasa duka mendalam, Taufik mengaku mengikhlaskan apa yang menimpa anaknya. Dia tidak banyak menuntut dan ingin segera mengebumikan jenazah sang anak. ”Langsung mau dibawa pulang untuk dipulasara dan dimakamkan,” ucapnya.

0 Komentar