Melukis Payung Geulis, Mak Iyah Gunakan Koas Khusus dari Rambutnya Sendiri

Mak Iyah melukis Payung Geulis
Mak Iyah melukis Payung Geulis dengan koas yang ia buat dari rambutnya sendiri. (foto: Ayu Sabrina/radartasik.id)
0 Komentar

TASIKMALAYA, RADARTASIK.ID – Bagian yang membuat payung geulis memancarkan khasnya adalah, lukisan yang menghiasi kain.

Tanpa lukisan itu, bisa jadi Payung Geulis hanyalah sekadar pelindung kepala saja. Sebab kata geulis dalam Bahasa Sunda adalah cantik, yang direpresentasikan dari hasil gambar tangan sang pelukis.

Sang maestro pelukis payung geulis itu bernama, Warkiyah. Ia lebih akrab disapa sebagai Mak Iyah.

Baca Juga:Demi Ibu-Ibu, Lomba Rebana Tingkat Kota Akan Diselenggarakan di Luar Agenda Hari JadiProgram Bantuan Sosial Dikritik Pendamping PKH Gara-Gara Kurang Update Data

Usianya kini sudah 78 tahun, tetapi ia tetap mengayunkan tangan keriputnya itu kepada sebuah payung geulis setiap harinya.

Ia dan keluarganya sudah menjadi pengrajin payung geulis sejak awal. Mak Iyah bahkan belajar melukis sejak usia sekolah dasar. Belajar dari melukis pinggiran kertas, kanvas, hingga bisa memenuhi keseluruhan pigura lukisan.

Ia bahkan membuat kuas dari rambutnya sendiri karena katanya kualitasnya terjamin asli dan lebih lentur saat digunakan.

“Ini kuas yang terbuat dari rambut, mau dipakai untuk ngelukis sekarang di sini,” kata Mak Iyah sebelum demo melukis di acara Design Residency Tasikmalaya.

Alat yang ia bawa berikut kuas dan catnya pun tampak otentik dibandingkan dengan yang beredar di pasaran.

Khusus perayaan Hari Ulang Tahun Kota Tasikmalaya ke-22 ini, ia menerima 200 lebih pesanan Payung Geulis.

Dalam satu hari, ia bisa menuntaskan 50 pesanan dengan tangannya sendiri.

“Mak Iyah itu, satu Payung Geulis, melukis bisa 4-5 menit selesai dan sehari bisa 50. Pesanan itu ia lakukan sendiri,” kata Sandi, kerabat Mak Iyah.

Baca Juga:Penumpang Pesawat Terus Menurun, Layanan Penerbangan di Bandara Wiriadinata Dievaluasi Hari Ini

Mak Iyah punya 15 motif lukisan khas, tetapi ia biasa melukis 10 motif saja. Lima motif lain jarang digunakan lantaran rumit dan membutuhkan waktu lama.

Lukisan Payung Geulis karya Mak Iyah ini, menurut dia, sudah sampai Thailand, untuk dipamerkan dan diproduksi secara komersial.

“Sudah sampai Thailand. Dulu ada dinas yang menghadiri festival kebudayaan di sana, nah membawa itu (Payung Geulis) dan tertarik,” ujar Sandi.

0 Komentar