Lestarikan Makanan Khas Tradisional Kadedemes

Lestarikan Makanan Khas Tradisional Kadedemes
KOMPAK. Tim Penilai dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Provinsi Jawa Barat kompak foto bersama dengan Pemdes Margaluyu Kecamatan Manonjaya usai menilai festival makanan kadedemes, Sabtu (19/11/2022). Foto: RADIKA ROBI RAMDANI / RADAR TASIKMALAYA
0 Komentar

“Setelah selesai di masak, selanjutnya oseng kadedemes itu dinilai oleh tim juri dari Balai Pelestarian Kebudayaan. Rasa yang paling enak, dan tampilan oseng kulit yang unik mendapatkan nilai tertinggi dan disiapkan hadiah bagi pemenang,” kata Aan menjelaskan.

Di tempat yang sama, Dra A Dian Dianawati P MSn pamong budaya dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Provinsi Jawa Barat sekaligus juri penilai mengungkapkan, dari semua yang telah cicipi dan dilihat dari kreativitas, rasa, kematangan dan inovasi, semuanya memiliki ciri khas tersendiri.

“Dari total 24 kelompok setelah dilakukan penilaian, ada yang lebih enak dan terbaik tentunya. Sebab, ada juga yang terlalu asin, terlalu manis, terlalu keras, kurang matang dan ada yang menonjol dari rasa,” bebernya.

Baca Juga:Plaza Asia Wadahi Talenta MudaTiga Hari Hujan, Empat Bangunan Tertimpa Longsor

Dian mengatakan, seharusnya kalau di dalam pengolahan cita rasa, itu harus sama. Jangan terlalu asin, terlalu manis, sehingga itu bisa diolah dengan berbagai macam cara dan inovasi. Bisa menggunakan daun surawung, teri, honje, pete dan lainnya.

Menurutnya, salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), ini termasuk dalam pemanfaatan dari segi pendidikan tradisional. Sebab, singkong banyak filosofi dan singkong merupakan makanan tradisional sederhana. Bukan tingkat elit, melainkan tingkat alit.

Pada zaman sesepuh dulu, ujar Dian, singkong ini bisa menahan rasa lapar untuk makanan sehari-hari. Tidak boleh gengsi, karena singkong itu makanan luar biasa. Bisa menjadikan makanan poko juga kalau tidak ada nasi.

“Jadi kadedemes itu bisa menjadi makanan tradisional ciri khas Tasikmalaya. Sebagai makanan sehari-hari juga bisa dan pembinaannya, sehingga masyarakat diperkenalkan bahwa ini cara membuat kadedemes,”
katanya. (obi)

[/membersonly]

Belum berlangganan Epaper? Silakan klik Daftar!

 

 

Laman:

1 2
0 Komentar